A.
Perkembangan
Psikologi dan Peserta Didik
Secara etimologi
psikologi berasal dari kata “Psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup dan
“Logos” yang berarti ilmu. Di lihat dari arti kata tersebut seolah-olah
psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jiwa
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bias di amati secara
langsung.
Dengan demikian,
psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang
prilaku individu dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Psikologi terbagi
dalam dua bagian yaitu: psikologi umum ( General Phsychology ) yang mengkaji
prilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individual
dalam situasi khusus. Diantaranya:
·
Psikologi
Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada
dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
·
Psikologi
Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusu
dilihat dari aspek-aspek kepribadiannya.
·
Psikologi
Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan
penyembuhan (Klinis).
·
Psikologi
Abnormal; mengkaji perilaku indvidu yang tergolong abnormal.
·
Psikologi
industry; mengkaji perilaku dalam kaitannya dengan dunia
industri.
·
Psikologi
Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam
situasi pendidikan Disamping jenis-jenis psikologi yang di sebutkan di atas,
masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin
kedepannya akan semakin dinamis dan kompleks. Psikologi pendidikan dapat
dikatakan sebagai suatu ilmu karena di dalamnya telah memiliki criteria
persyaratan suatu ilmu yakni :
·
Ontologism;
obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat
langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator,
orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
·
Epitemologis;
teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi
pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai
studilongitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan
kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
·
Aksiologis;
psikologi pendidikan dapat di artikan sebagai salah satu cabang psikologis yang
secara khusus mengkaji prilaku individu individu dalam konteks situasi
pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan
teori-teori psikologis berkaitan dengan pendidikan, yang efektivitas proses
pendidikan.
Pendidikan
sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya
pesrta didik,pendidikan administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik.
Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan
efisien, maka setiap orang yang terlibat didalam pendidikan tersebut seyogyanya
dapat memahami perilaku individu sekaligus dapat menunjukan perilakunya secara
efektif.
Peserta
didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar
di sekolah (sinolungan, 1997).
Peserta
didik merupakam subyek yang menjadi focus utama dalam penyelanggaran pendidikan
dan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi tentang
peserta didik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik
individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:
·
Peserta didik adalah individu yang
memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insane yang
unik.
·
Peserta didik adalah indivu yang sedang
berkembang.
·
Peserta didik adalah individu yang
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
·
Peserta didik adalah individu yang
memiliki kemampuan untuk mandiri.
Pengertian
Siswa
Siswa
peserta didik atau siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang
pendidikan dasar dan juga menengah. Siswa digambarkan sebagai sosok yang
membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu.
M
Hosnan, salah satu praktisi dan pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa
peserta didik atau siswa merupakan individu yang belum bias dikatakan dewasa.
Ia memerlukan usaha, bantuan serta bimbingan seseorang untuk mencapai tingkat
kedewasaannya.
UU RI No.20 th 2003
telah mencantumkan bahwa peserta didik memiliki kewajiban sebagai berikut:
1.
Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.
2.
Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali
bagi yang dibebaskan dari kewajiban tersebut.
B.
Karakteristik
Perkembangan Peserta Didik
Secara garis besarnya aspek-aspek
perkembangan meliputi: perkembangan fisik motorik dan otak, perkembangan
kognitif dan perkembangan sosioemosional.
o
Karakteristik
Anak Usia Sekolah Dasar ( SD )
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk
sekolah adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun.
Menurut havighurst, tugas perkembangan
anak usia sekolah dasar meliputi
a. Menguasai
keterampilan fisik yang di perlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
b. Membina
hidup sehta.
c. Belajar
bergaul dan bekerja dalam kelompok.
d. Belajar
menjalankan peranan social dengan jenis kelamin.
e. Belajar
membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f. Memperoleh
sejumlah konsep yang di perlukan untuk berpikir efektif.
g. Mengembangan
kata hati, moral dan nilai-nilai.
h. Mencapai
kemandirian pribadi.
Dalam
upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru di tuntut untuk
memberikan bantuan berupa :
a. Menciptakan
lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b. Melaksanakan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, bergaul dan
dengan teman sebaya.
c. Mengembangkan
kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung
dalam membangun konsep.
d. Melaksanakan
pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu
menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.
o
Karakteristik
Usia Sekolah Menengah ( SMP )
Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol
pada anak usia SMP :
a. terjadinya
ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. mulai
timbulnya cirri-ciri seks sekunder.
c. reaksi
dan ekpresi masih labil.
d. kecendrungan
minat dan pilihan karir reklatif sudah lebih jelas.
Adanya
karakteristik anak usia menengah yang demikian :
a. Menerapkan
model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas
topic-topik yang berkenan dalam anatomi dan fisiologi.
b. Tampil
menjadi teladan bagi siswa.
c. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
o
Karakteristik
Anak Usia Remaja ( SMP/SMA )
Masa remaja ( 12 – 21 tahun ) merupakan
masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan dewasa. Masa
remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yaitu :
a. Mencapai
huungan matang dengan teman sebaya.
b. Menerima
keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
c. Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
d. Mencapai
tingkah laku yang bertanggung jawab secara social.
e. Mengembangkan
wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai
karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan
pendidikan yang mampu memnuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, yaitu
:
a. Memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penimpangan
seksual dan penyalah gunaan narkotika.
b. Membantu
siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi
lainnya.
c. Memberikan
pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil
keputusan.
d. Melatih
siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam konsdisi sulit dan
penuh godaan.
e. Membangun
siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswata.
C. Teori-teori Psikologi Tentang
Hakikat Perkembangan Peserta Didik
1. Pandangan Psikodinamika
Teori
Psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan
perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini di pelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model
Psikodinamika yang di ajukan freud di sebut “teori psikoanalistis”
(Psychoanalytic theory). Menurut teori ini tingkah laku manusia merupakan hasil
tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa disadari oleh
individu. Bagi Freud, ketidaksadaran merupakan bagian dari pikiran yang
terletak di luar kesadaran yang umum dan berisi dorongan-dorongan instinktual.
Berdasarkan
ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut Freud kemudian membedakan
kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis, yaitu:
a)
Id
Merupakan aspek
biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur biologis, termasuk di
dalamnya dorongan-dorongan dan implus-implus Instinktif yang lebih dasar (lapar,haus,seks,dan
agresi). Id bekerja mengikuti prinsip kesenangan (pleasure principle), yang di
operasikan pada dunia proses: pertama, reflkes dan reaksi otomatis (seperti:
bersin, berkedip); kedua, proses berpikir primer (primary process thinking)
yang merupakan proses dalam berhubungan dengan dunia luar melalui imajinasii
dan fantasi, yakni mencapai pemuasan dengan memanipulasi gambaran mental dari
objek yang di inginkan (seperti: orang lapar membayangkan makanan).
b)
Ego
Merupakan aspek
psikologi kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan
secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan
instinktif organisme dengan keadaan lingkungan. Ego berkembang pada tahun
pertama dan merupakan aspek eksekutif atau” misalnyaecutive branch” (badan
pelaksana) kepribadian, karena fungsi utama ego adalah:
1) Menahan
penyaluran dorongan ;
2) Mengatur
desekan dorongan-dorongan yang sampai pada kesadaran;
3) Mengarahkan
suatu perbuatan agar mencapai tujuan-tujuan yang dapat di terima;
4) Berpikir
logis; dan
5) Mempergunakan
pengalaman emosi-emosi kecewa atau kesal sebagai tanda adanya sesuatu yang
salah , yang tidak benar.
Perbedaan
pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal realitas subjektif-jiwa
, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam bathin dengan
hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.
c)
Superego
adalah aspek sosiologis
kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita
masyarakat sebagaimana yang di tafsirkan orangtua kepada anak-anaknya melalui
berbagai perintah dan larangan. Perhatian superego adalah memutuskan apakah
sesuatu itu benar atau salah, sehingga dapat bertindak sesuai dengan
norma-norma moral yang di akui oleh masyarakat. Superego mencerminkan
nilai-nilai moral dari self yang ideal, yang di sebut “ego ideal” dan
berfungsi:
1) Sebagai
hati nurani atau penjaga moral internal, yang mengawasi ego dan memberikan penilaian tentang benar atau salah:
2) Merintangi
impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksial dan agresif:
3) Mendorong
untuk mengganti tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis:
4) Menentukan
cita-cita mana yang akan di perjuangkan:
5) Mengajarkan
kepuasaan.
Artinya,
agar manusia tidak mengembangkan nafsu saja dan tidak terlalu cenderung pada
hal-hal yang idealis dan moralis, perlu ada imbangkan melalui dunia kenyataan
atau di jembatani oleh ego.
2. Pandangan Behavioristik
Behavioristik
adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia yang di kembangkan
oleh John B.Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun,
1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.
Watson
dan teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990) meyakini bahwa
tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional. Jika Freud melihat tingkah laku kita di kendalikan
oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behavioristik melihat
kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah
laku kita. Menurut teoritikus behavioristik manusia sepenuhnya adalah manusia
yang reaktif, yang tingkah lakunya di control oleh faktor-faktor dari luar.
3.
Pandangan
Humanistik
Teori humanistik muncul
pada pertengahan ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamika dan
behavioristik. Para teoritikus humanistik, seperti Carl Rogers ( 1902-1987 )
dan Abraham Maslow ( 1908-1970 ) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak
dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun
sebagai hasil pengondisian ( conditioning ) yang sederhana.
Aliran humanistic
berhubungan erat dengan aliran filosofis Eropa yang disebut “eksistensialisme”.
Para eksistensialis, seperti filosof Martin Heidegger ( 1889-1976 ) dan
Jean-Paul Sartre ( 1905-1980 ), memfokuskan perhatian pada pencarian dan
mempertahankan bahwa manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk melakukan
self-actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka menjadi mampu.
Menurut Rogers, salah
seorang tokoh aliran humanistic, prasyarat dari terpenting bagi aktualisasi
diri adalah konsep diri yang laus dan fleksibel. Rogers meyakini bahwa orangtua
mempunyai peran yang besar dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan self-esteem dan menempatkan mereka pada
jalur self-actualization dengan
menunjukan anuconditional positive regard memuji mereka berdasarkan nilai dari
dalam diri mereka.
4.
Pandangan Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal merupakan
pengembangkan psikologi humanistik. Psikologi transpersonal berawal dari
penelitian-penelitian psikologi kesehatan yang dilakukan oleh Abraham Maslow
pada tahun 1990-an. Maslow melakukan serangkaian penelitian tentang
pengalaman-pengalaman keagamaan, seperti “pengalaman-pengalaman puncak“(peak
misalnya periences ). Psikologi transpersonal mengambil pelajaran dari semua
angkatan psikologi dan kearifan penerial (philosophia) agama.
D.
Perbedaan
Individual Perkembangan Pesrta Didik
Dalam tinjauan psikologis islam, perbedaan individu
tersebut dipandang sebagai realitas kehidupan manusia yang sengaja diciptakan
Allah untuk dijadikan bukti kebesaran dan kesempurnaan ciptaan-Nya.
Secara umum, perbedaan individual dibagi menjadi
dua, yaitu perbedaan secara vertikal dan perbeedaan secara horizontal.
Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti :
bentuk, tinggi, besar, kekuatan dan sebagainya. Perbedaan horizontal adalah
perbedaan individu dalam aspek mental, seperti : tingkat kecerdasan, bakat,
minat, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan
beberapa aspek perbedaan individu peserta didik tersebut.
1.
Perbedaan
Fisik-Motorik
Perbedaan individual
dalam fisik tidak hanya terbatas pada aspek-aspek yang teramati oleh
pancaindra, seperti : bentuk atau tinggi badan, warna kulit, warna mata atau
rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkan juga mencakup
aspek-aspek fisik yang tidak dapat diamati melalui pancaindra.
Perbedaan aspek fisik
juga dapat dilihat dari kesehatan peserta didik, seperti kesehatan mata dan
telinga. Dalam hal kesehatan mata misalnya, akan ditemuai adanya peserta didik
yang mengalami gangguan pengelihatan, sperti : rabun jauh, rabun dekat, rabun
malam, buta warna, dan sebagainya. Sedangkan dalam hal kesehatan telinga, akan
ditemui adanya peserta didik yang mengalami penyumbatan pada saluran liang
telinga, ketegangan pada telinga, terganggunya tulang-tulang pendengaran dan
seterusnya.
2.
Perbedaan
Intelegensi
Intelegensi adalah
salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan
bagian-bagian dari proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara
umum intelegensi dapat dipahami sebagai kemampuan beradaptasi dengan situasi
yang baru secara cepat dan efektif.
Untuk mengetahui tinggi
rendahnya intelegensi peserta didik, para ahli telah mengembangkan instrument
yang dikenal “ tes intelegensi “, yang kemudian lebih popular dengan istilah Intelligence Quotient, disingkat IQ.
Berdasarkan hasil tes
intelegensi, peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Anak Genius
|
IQ diatas 140
|
b.
Anak Pintar
|
110-140
|
c.
Anak Normal
|
90-110
|
d.
Anak Kurang Pintar
|
70-90
|
e.
Anak Debil
|
50-70
|
f.
Anak Dungu
|
30-50
|
g.
Anak Idiot
|
IQ dibawah 30
|
Genius
adalah sifat pembawaan luar biasa yang dimiliki seseorang, sehingga ia mampu
mengatasi kecerdasan orang- orang biasa dalam bentuk pemikiran dan hasil karya.
Sedangkan idiot atau pander adalah penderita lemah otak, yang hanya memiliki
kemampuan berpikir setingkat dengan kecerdasan anak yang berumur tiga tahun (
Mursal, 1981 ).
3. Perbedaan Kecakapan Bahasa
Kemampuan berbahasa
adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk
ungkapan kata dalam kalimat yang bermakna, logis dan sistematis. Kemampuan
berbahasa anak didik berbeda-beda, ada yang berbicara, berbelit-belit dan tidak
jelas.
Dari hasil bebrapa
penelitian bahwa faktor nature dan nurture (pembawaan dan lingkungan) sangat
mempengaruhi perkembanagn bahasa anak. Karena itu, tidak heran kalau antara
individu yang satu dan yang lain berbeda dalam kecakapan bahasanya. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan kecakapan berbahasa anak yaitu : faktor kecerdasan,
pembawaan, lingkungan fisik, terutama organ bicara, dan sebagainya.
4. Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologis
peserta didik juga terlihat dari aspek psikologinya. Ada anak yang mudah
tersenyum, gampang marah, berjiwa sosial, sangat egoistis, cengeng, pemalas,
rajin, ada pula anak yang pemurung dan seterusnya.
Persoalan psikologis
memang sangat kompleks dan sanagt sulit dipahami secara tepat, karena menyangkut
apa yang ada didalam jiwa dan perasaan peserta didik. Guru dituntut untuk mampu
memahami fenomena-fenomena tersebut. Salah satu cara yang mungkin dilakukan
adalah dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik secara pribadi. Dengan
cara ini mungkin guru akan mengenal siapa sebenarnya peserta didik tersebut,
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapainya.
E.
Hukum-Hukum
Perkembangan
1.
Hukum Cephalocoudal
Hukum
ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik
dimulai dari kepala kearah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu
daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan prenatal
yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan
alat-alat pada kepala bayi yang lebih “matang” daripada bagian-bagian tubuh
lainnya. Bayi bisa mengunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota
badan lainnya. Baik pada masa perkembangan prenatal, neonatal maupun anak-anak,
proporsi bagian kepala dalam rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin
lama perbandingan ini makin besar.
2.
hukum provimodistal
hukum
provimodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut
hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Alat-alat
tubuh yang berpusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan lebih
dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja
karena alat-alat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital dari
pada anggota gerak seperti tangan dan kaki.
Ditinjau
dari sudut biologis, sudut anatomis dan sudut ilmu faal masih banyak lagi
ketentuan yang berhubungan dengan pertumbhan, struktur dan fungsi serta
kefaalan anggota tubuh.
3.
perkembangan terjadi dari umum ke khusus
pada setiap aspek terjadi perkembangan yang dimulai
dari hal-hal yang umum, kemudian berangsur menuju hal yang khusus. Terjadi
proses diferensiasi seperti yang dikemukakan oleh werner. Anak akan lebih dulu
mampu menggerakkan lengan atas, lengan
bawah, tepuk tangan baru kemudian menggerakkan jemarinya. Dari sudut
perkembangan juga terlihat hal yang tadinya umum ke khusus
4.
perkembangan berlangsung dalam
tahapan-tahapan perkembangan
pada
setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berada dalam setiap
fase perkembangan. Sebenarnya ciri-ciri perkembangan sebelumnya diperlihakan
pada masa berikutnya, hanya saja terjadi dominasi pada ciri-ciri yang baru.
Namun demikian ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak
meningkat lagi hal ini disebut fiksasi.
5.
hukum tempo dan ritme perkembangan
setiap
tahap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat. Akan tetapi
menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula. Yang
ditentukan oleh kekuatan yang ada dalam diri anak. Dalam praktik sering
terlihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada
keseluruhan
perkembangan mental, yakni:
a. jika
perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan jauh tertinggal dari patokan umum,
tanpa ada sebab khusus pada fungsionalistik fisik yang terganggu.
b. Jika
perkembangan kemampuan sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak yang lain
pada masa perkembangan yang sama.
F.
Karakteristik
Individu dan Implikasinya Terhadap Pendidikan.
Karakteristik individu
adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristk-karakteristik
individu baik fisik, mental ataupun emosional biasa digunakan istilah nature dan nuture (alam, sifat dasar). Nature adalah karakteristik individu
atau sifat khas seseorangsejak lahir atau diwarisi sebagai pembwaan, sedangkan
nuture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah factor lingkungan yang mempengaruhi
individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya.
Nature dan nuture ini
merupakan dua factor yang mempengaruhi karakteristik individu baik secara
terpisah ataupun terpadu dengan rangsangan yang lain, proses pendidikan
disekolah harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik secara individu.
Secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah
menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik
dapat belajar secara optimal.
Dalam pembiaraan
mengenai karakteristik individu peserta didik ini, ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
a. Karakteristik
yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite
skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir dan hal-hal yang
berkaitan dengan aspek psikomotor
b. Karakteristik.
Yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial kultural
c. Karakteristik
yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti: sikap, perasaan,
minat dan lain-lain.
Bagi
guru khususnya, informasi mengenai karakteristik individu peserta didik ini
akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang
lebih baik atau yang lebih tepat. Disamping itu, pemahaman atas karakteristik
individu peserta didik juga sangat bermanfaat bagi guru dalam memberikan
motivasi dan bimbingan bagi setiap individu peserta didik kearah keberhasilan
belajarnya.
G. Perkembangan
anak usia sekolah dasar (6-12 tahun)
1. Perkembangan intelektual
Pada
usia sekolah anak dasar (6-12 tahun), anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan
intelektual atau kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada masa
pra-sekolah pola pikirnya masih bersifat imanatif (khayalan), sedangkan pada
masa sekolah dasar daya pikirnya sudah merujuk kepada hal-hal yang bersifat
kongkrit dan rasional. Piaget menamakan sebagai masa operasi kongkrit, masa
berakhirnya berfikir khayal dan mulai berfikir nyata. Masa ini ditandai dengan
tiga kemampuan atau kecakapan baru yakni: mengklasifikasikan, menghubungkan
ungkapan angka-angka. Kemampuan menghutung, menambah, mengurangi. Kemampuan
selanjutnya anak sudah bisa memecahkan masalah yang sederhana.
Kemampuan intelektual anak pada masa ini
sudah cukup untuk menjadikan dasar diberi berbagai kecakapan yang mengembangkan
daya pikir dan daya nalarnya seperti, membaca, menulis, dan berhitung serta di
beripengetahuan tentang manusia, hewan, alam, serta lingkungan.
2.
Perkembangan
Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang
lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal,
dan menguasai vocabulary atau perbendaharaan kata. Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu:
a.
Proses
jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang (organ suara sudah
berfungsi) untuk berkata-kata.
b.
Proses
belajar, yaitu berarti anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak bayi dan
kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai
pada tingkat dapat membuat kaliamat yang lebih sempurna, dapat membuat kaliamat
majemuk dan dapat menyusun dan menajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi mengajar menyusun
struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan katanya serta mengarang. Hal ini
dilakukan diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya
dengan baik.
3. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan social ini adalah
pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi social. Dapat dikatakan sebagai
proses belajar penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok,tradisi dan
moral. Perkembangan social anak sekolah dasar ini ditandai dengan adanya
perluasan hubungan, baik hubungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan
sekolah. pada fase ini anak mulai kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris
(mau memperhatiakn kepentinagn orang lain). Anak merasa senang jika ia diterima
dalam suatu kelompok dan mersa tidak
senang jika ia ditolak dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan socialnya ini anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebyanyamaupun lingkungan
sekitarnya.
4.
Perkembangan
Emosional
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi
secra kasar tidaklah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar
untuk mengndalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengotrol ini diperoleh
melalui peniruan dan pelatihan-pelatihan (pembiasaan). Apa bila anak
dikembangkan dalam lingkungan yang suasananya stabil, maka perkembangan emosi
anak cendrung stabil dan sebaliknya.
Emosi-emosi yang secra umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah
ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih saying, rasa ingin tahu, dan
kegembiraan (senang, nikmat, bahagia).
Emosi merupakan faktor yang dominan memengaruhi tingkah laku, dalam hal
tingkah laku belajar.
Emosi yang positif akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan
dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatiakan penjelasan guru,
membaca, berdiskusi dsb. Dan sebaliknya jika emosi yang negative, maka proses
belajar akan tergangggu dalam arti individu tidak bisa memusatkan perhatiannya
untuk belajar.
5.
Perkembangan
Moral
Anak mulai menganal konsep moral (mengenal benar dan salah) pertama kali
dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini adalah
keharusan karena informasi yang diterima anak menganai benar salah, baik buruk,
akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dihari kemudian. Pada usia ini anak
sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan.
Disamping itu anak sudah dapat mengasosiakan setiap bentuk prilaku
dengan konsep benar salah, misalnya ia memandang bahwa perbuatan nakal atau
dusta dan tidak hormat pada orang tua adalah perbuatan yang salah. Sedangkan
perbuatan jujur adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan
suatu yang benar.
6.
Perkembangan
Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka
perkembangan motoric anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhannya. Pada fase ini ditandai dengan
kelebihan gerak atau aktivitas motoric yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan
masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motoric ini,
seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang dan sebagainya.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu
kelancaran proses belajar, baik dibidang pengetahuan maupun keterampialan. Oleh
karena itu perkembangan motoric sangat menunjang keberhasilan belajar peserta
didik.
7.
Perkembangan
Keagamaan
pada
masaa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri sebagia
berikut:
sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian pandangan
keagamaannya diperoleh secra rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika pada
indicator alam semesta sebagai penciptaan Tuhan.
Penghayatan secara ruhaniah mulai mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual
diterimanya sebagai keharusan moral. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan
dengan hal tersebut pendidikan agama disekolah dasar mempunyai peranan penting.
Oleh karena itu pendidikan agama disekolah dasar harus menjadi perhatian semua
pihak. Senada dengan paparan tersebut Zakiah Darajat mengemukakan bahwa
pendidikan agama disekolah dasar meruoakan dasar bagi pembinaa sikap positif
terhadap agama dan membentuk pribadi dan akhlak anak.
A.
Tugas
perkembangan anak masa usia sekolah 6-12 tahun.
Pada masa ini anak memasuki masa belajar
didalam dan diluar sekolah, anak belajar disekolah, tetapi membuat latihan
dirumah yang mendukung hasil belajr disekolah. Banyakl aspek prilaku dibentuk
melalui pengutan verbal, keteladanan, dan identifikasi anak-anak pada masa ini
juga mempunyai tugas-tugas perkembangan(Menurut Robert J. Hagvihurst) yakni:
1.
Belajar
memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; bermain sepak bola,
loncat tali, berenang.
2.
Belajar
membetuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
3.
Belajar
bergaul dengan teman-teman sebaya.
4.
Belajar
memaikan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5.
Belajar
keterampilan dasar dalam membaca, melis, berhitung.
6.
Belajar
mengembangkan konsep sehari-hari.
7.
Membentuk
hati nurani, nilai, moral, dan nilai social.
8.
Memproleh
kebebasan yang bersifat pribadi.
9.
Membentuk
sikap terhadap kelompok social dan lembaga-lembaga.
Dalam perkembanga ini anak masih perlu
mengembangkan pengetahuan melalui belajar.
Belajar secra sistematis disekolah juga
mengembangkan sikap, kebiasaaan dirumah ataupun lingkunga sekitarnya. Anak juga
perlu diberikan pujian atau penghargaan dalam prestasinya, namun pengawasan
dari guru dan orangtua jyga perlu untuk memunculkan sikap dan kebiasaan yang
baik.
B.
Perkembngan
fisik kognitif, Psikologi anak Usia/Masa sekolah Dasar(6-12 tahun).
1.
Perkembangan
Fisik
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cendrung
lebih lambat dan konsisten. Bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata
anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2, 5-3,5 kg, dan
penambahan tinggi badan 5-7 cm per tahun ( F.A Hdist 1996). Masa ini juga
sering disebut masa tenang sebelum menjelang masa remaja. Tetapi hal ini tidak
berati bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti.
Karena selama masa ini terjadi, terutama bertambahnya ukuran system rangka otot
secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (babyfat) berkurang.
Pertambahan kekuatan otot ini adalah faktor keturunan dan latihan (olahraga).
Karena faktor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untik anak
laki-laki lebih kuat dari pada anka perempuan. (santrock,1995) selain itu
pertumbuhan fisik atau jasmani seperti berikut:
a)
Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak
tersebut usianya relative sama. Bahkan dalam kondisi ekonomi yang relative sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukan perbedaan
yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b)
Nutrisi
dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak
aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang
menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak.
c)
Olahraga
juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang
berolahraga atau tidak aktif seringkali menderita kegemukan atau kelebuhan
berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d)
Orangtua
harus selalu memperhatiakan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita
ana, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan
lain-lain. Oleh karena itu orangtua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak,
antara lain kebutuhan gizi, kesehatan, kebugaran jasmani yang dapat dilakukan
setiap hari sekalipun sederhana.
2.
Perkembangan
Kognitif
Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar,
kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan
masuk sekolah berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya
minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang
sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam keadaan normal, pikiran anak usia
sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya
fikir anak masih bersifat imajinatif dan
egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir
kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehinggga
anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
Menurut Teori Piaget, pemikiran anak masa
sekolah dasar disebut juga pemikiran oprasional kongkrit (concrete operational
thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek pristiwa
nyata atau kongkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya (logikanya).
3.
Perkembangan
Intelektual Dan Emosional Anak Usia Sekoalah Dasar (SD).
A.
Perkembangan Intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor
utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan
orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang
dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif
dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
B.
Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya
perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan, dan pembinaan orangtua
maupun guru disekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat
dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
C.
Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh. Namun seringkali juga adanya tindakan orangtua yang
seringkali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena sangat mencintai anaknya.
Akan tetapi sikap orangtua yang sangat keras, suka menekan dan menghukum anak
sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan
emosional anak.
D.
Perlakuan
saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang seringkali bertemu dan bergaul
juga megang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
E.
Dalam
mengatasi berbagai masalah yang seringkali dihadapi orangtua dan anak, biasanya
orangtua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri,
psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi orangtua akan dapat melakukan
pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu
yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional
anak.
F.
Stres
juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua,
keadaan ekonomi oragtua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orangtua yang menyebabkan stress pada anak biasanya kurang
perhatian orangtua, seringkali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu diluar kesanggupannya menyesuaikan diri
dengan lingkungan., penerimaan lingkunagan serta berbagai pengalaman yang
bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
4.
Perkembangan
Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia
4-5 bulan. Orangtua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar
berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan
berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang
setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan
orangtua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a)
sebagai pemuas kebutuhan. (b) sebagai alat untuk menarik orang lain. (c)
sebagai alat untuk membuna hubungan social. (d) sebagai alat untuk mengevaluasi
diri sendiri. (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. (f)
untuk mempengaruhi perilaku oranglain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa
hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara. (b) kesiapan mental (c) adanya model
yang baik untuk dicontoh oleh anak. (d) kesempatan berlatih. (e) motivasi untuk
belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orangtua.
Disamping adanya berbagai dukungan tersebut
juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yakni; (a) anak
cengeng. (b) anak sulit memahani isi pembicaraan orang lain.
5.
Perkembangan
Moral, social dan sikap.
a.
Kepada
orangtua dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan
bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat. Dan turut menjadi teladan
yang baik bagi anak. Dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada
anak apabila berbuat atau berperilaku positif.
b.
Terdapat
bermacam hadiah yang seringkali diberikan anak, yaitu yang berupa materiil dan
non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari
anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
c.
Fungsi
hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan (b) memberikan
motivasi kepada anak. (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar
anak berbuat lebih baik lagi.
d.
Fungsi
hukuman yang diberikan kepada anak dalah; (a) restruktif, (b) fungsi
pendidikan. (c) sebagai penguat motivasi.
e.
Syarat
pemberian hukuman adalah; (a) segera diberikan (b) konsisten. (c)konstruktif
(d) impresional artinya tidak ditunjukan kepada peribadi anak melainkan kepada
perbuatannya. (e) harus disertai alasan. (f) sebagai alat control diri. (g)
diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.
6.
Perkembangan
Psikologi.
Perkembangan psikologisnya; mental, social,
emosioanal.
Menurut Teori Kolberg; kolbreg dalam
menganalisis perkembangan anak usia sekolah dasar 6-12 tahun juga membanginya
menjadi dua tahapan;
1.
Tahap
pertama; usia 6-10 tahun.
Dalam
usia ini ia menilai hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat
hukuman dari kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui
bahwa berperilaku baik akan mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman.
2.
Tahapan
Ke Dua; 10-12 tahun.
Dalam
usia ini, Menurut Kolhberg, ia sudah bisa berpikir bijaksana. Hal ini ditandai dengan ia
berperilaku sesuai dengan aturan moralagar disukai oleh orang dewasa, bukan
karena takut dihukum. Sehingga berbuat kebaikan bagi anak usia seperti ini
lebih dinialai dari tujuannnya. Ia pun menjadi anak yang tau akan aturan. Hal
ini juga tergantung pula pada pola asuh para pendidik terhadap siswa-siswinya
dan orangtua terhadap anak-anaknya.
Ø Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perilaku Anak.
Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang
diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola
perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif.
Begitu juga pola asuh yang dilaksanakan oleh bapak dan ibu guru disekolah.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam
pola asuh orangtua;
a.
Pola
asuh Demokratis
b.
Pola
asuh otoriter
c.
Pola
asuh permisif
d.
Pola
asuh penelantar
·
Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh yang memperioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragi-ragu mengedalikan mereka. Orangtua
dengan pola asuh ini bersifat rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio
atau pemikiran-pemikiran. Orangtua tipe ini bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, dan tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan
anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak untuk memilih dan
melakuakan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pengaruhnya terhadap perilaku anak.
Pola
asuh demokratis diatas, akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri,
dapat mengontrol diri, mempunya hubungan baik dengan teman, mampu mengahadapi
stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap
orang-orang.
·
Pola Asuh Otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman, misalnya
kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini
cendrung memaksa, memerintah, menghukum.
Pengaruhnya terhadap Perilaku anak
Pola
Asuh Otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, tidak berinisiatif, gemar mentang, suka melanggar norma,
berkeperibadian lemah, cemas dan menarik diri.
·
Pola Asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan
yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cendrung tidak menegur atau
memperingatkan anak ketika anak sedang dalan bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka, namun orangtua tipe ini biasanya bersifat
hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Pengaruhnya terhadap perilaku anak.
Pola
Asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive,
agresif, tidak patuh manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya
diri, dan kurang matang secara social.
·
Pola Asuh Tipe Penelantar. Orangtua tipe ini pada umumnya memberikan
waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak
digunakan untuk keperluan pribadi mereka. Seperti bekerja dan juga kadangkala
biayapun di hemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah
perilaku penelantar secara fisik dan fisikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun fisikis pada
anak-anaknya.
Pengaruhnya terhadap perilaku anak;
Pola
Asuh Penelantar. Akan mengahasilkan karakteristik anak-anak yang moody,
impulsive, agresif, kurang bertanggungjawab, tidak mau mengalah, self esteem
(harga diri) yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman lain.
Dari karakteristik tersebut di atas, kita
dapat mawas diri, kita masuk dalam kategori pola asuh yang mana. Apabila kita
memahami pola asuh yang mana yang cendrung kita terapkan, sadar atau tidak
sadar, maka kita dapat segera merubahnya.
Kita juga bisa melihat, bahwa harga diri yang
rendah terutama adalah disebabkan kareba pola asuh orangtua yang penelantar.
Banyak sekali para orangtua terutama para wanita karier yang sudah mempunyai
anak yang lebih cinta kepada pekerjaannya daripada kepada anaknya sendiri. Dia
lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang. Dia lupa kalau
dirumah ada anak-anaknya yang membutuhkan kasih dan sayng dia. Pergi kerja
disaat anaknyamasih tertidur pulas, lalu pulang ketika anaknya sudah teridur
pulas lagi. Sehingga anak-anak lebih mengenal pembantunya daripada sosok Ibunya
sendiri.
H. Karakteristik
Dan Ciri-ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD).
Selaku Guru dan calon guru harus memahami
beberapa karakteristik psikologi perkembangan anak di usia sekolah dasar, agar
guru dan calon guru lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingakat
sekolah dasar (SD). Seorang Guru professional harus dapat menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi
seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya. Selain
perkembangan psikologi yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta
didik pemahaman terhadap perkembangan psikologi peserta didik dan tugas-tugas
perkembangannya. Peserta didik ditingkat sekolah dasar (SD) dapat dijadikan
titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD. Dan untuk menentukan waktu
yang tepat dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak itu ssendiri.
1.
Pengertian
Karakteristik Siswa.
Karakteristik berasal dari kata karakter;
dalam kamus poerwadarminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, atau
sifat-sifat kejiwaan. Menurut IR Pedjawijatna karakter atau watak adalah
seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa
pengertian tersebut bahwa dikatakan Karakteristik siswa adalah merupakan
seluruh kondisi / keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan
siswa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian karena watak dan perbuatan manusia tidak lepas dari kodrat, dan sifat,
serta bentuknya yang berbeda-beda antara seorang dengan yang lainnya, maka
tidak heran jika bentuk dan karakter siswa berbeda-beda.
2.
Karakteristik
Perkembangan anak Usia sekolah (SD)
a. Senang
bermain.
Karakteristik/psikologi
ini menurut Guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD Seyoginya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan didalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius Ipa,
matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan
jasmani, atau seni budaya dan kerampilan.
b. Senang
Bergerak.
Dalam
kenyataan bahwa orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak usia SD
dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinakan anak berpindah atau
begerak (movebel).
c. Anak
senang bekerja dalam kelompok.
Dari
pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak usia sekolah dasar belajar
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerima tanggungjawab, belajar bersaing
dengan orang lain secar sehat (sportif), mempelajari olahraga dan membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan dekorasi.
d. Senang
merasakan atau melakuakan, memperagakan sesuatu secara langsung.
Seperti
yang dikatakan jean piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, dijelaskan
bahwa anak usia sekolah dasar (SD) memasuki tahap oprasional konkret. Dari apa
yang dipelajari disekolah, ia belajar menghubngkan konsep-konsep baru dengan
konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini , siswa membentuk konsep tentang
angka, ruang , waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral dan sebagainya.
Bagi anak SD penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih di pahami jika
anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang berkualitas
dan memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran sesuai dengan
tuntutan kurikulum 2013, dimana guru dalam kegiatan belajar mengjar sebagai
fasilitator terhadap murid-muridnya. Dan yang aktif adalah siswany. Contoh:
anak akan lebih memahami tentang pelajran sholat jika peserta didik diajak
langsung dengan praktek bagaimana sholat itu dilaksanakan dan seterusnya.
3.
Ciri-ciri
Perkembangan anak Usia sekolah dasar (6-12 Tahun).
Setiap anak memiliki fase/tahap dan ciri
perkembangan yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain.
Perkembangan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun)” memiliki ciri-ciri
perkembangan sebagai berikut:
1.
Ciri-ciri
perkembangan anak usia sekolah dasar 7 tahun.
a.
Fisik
·
Pandangan
terbatas
·
Bekerja
dengan kepala diatas meja
·
Menggenggam
pensil (diujung).
·
Dapat
menulis dengan rapi
·
Kadang-kadang
tegang
·
Suka
ruang yang telah ditentuakan.
·
Sering
merasa terluka, bisa nyata atau pura-pura.
b.
Sosial
·
Suka
menyendiri, tertutup.
·
Membutuhkan
penguatan terus menerus. (aman dan teratur)
·
Kadang
murung, sedih, merajuk, malu.
·
Merasa
tidak banyak orang yang menyukainya (berubah)
·
Percaya
pada guru untuk membantunya.
·
Sensitive
pada perasaan orang lain. Kadang suka mengadu.
·
Tidak
suka melakukan kesalahan.
·
Kuat
perasaan suka dan tidak suka.
·
Menjaga
kerapian meja dan lingkungan.
c.
Bahasa
·
Pendengar
yang baik
·
Pembicara
yang tepat
·
Suka
dialog/ percakapan berpasangan
·
Perkembangan
kosa kata cepat
·
Tertarik
cari arti/maksud kata
·
Suka
sampaikan catatan kecil.
·
Berminat
dengan bermacam-macam symbol.
d.
Kognisi
·
Suka
mengulang pelajaran.
·
Butuh
akhir kegiatan yang jelas (lengkapi dengan tugas)
·
Suka
bekerja secara bertahap (sedikit demi sedikit)
·
Suka
bekerja sendiri
·
Suka dibacakan
·
Suka
menghapus ( ingin sempurna)
·
Ingin
menemukan bagaimana suatu benda bekerja
2.
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 8 tahun.
a.
Fisik
o Bergerak cepat, bekerja dengan tergesa-gesa.
o Penuh dengan energy
o Perlu pelepasan energy secara fisik (kegiatan
diluar ruangan)
o Kadang sedikit aneh
o Rentang konsentrasi terbatas
o Memiliki pandangn dekat dan jauh sama kuat
b.
Sosial
o Bersifat sangat baik, penuh denga humor.
o Suka bekerja sama
o Sering “menggigit lebih dari yang bisa
dikunyah” salah dalam memperkirakan kemampuan mereka.
o Resisten (bertahan); membuat alasan dengan
cepat ketika membuat kesalahan.
o Lebih suka kegiatan yang sama dengan teman
sejenis.
o Bermasalah dengan aturan dan batasan-batasan
o Kelompok perteman lebih banyak dari usia 7
tahun
c.
Bahasa
§ Bicara aktif
§ Mendengarkan tapi penuh dengan gagasan
sehingga tidak dapat selalu ingat apa yang telah dikatakannya.
§ Melebih-lebihkan dalam bicara.
§ Suka dalam menjelaskan gagasan
§ Perlu kosa kata yang sangat cepat.
d.
Kognisi
ü Suka kegiatan kelompok
ü Suka menghasilkan sesuatu
ü Sering bekerja dengan keras/kuat
ü Mulai mahir dalam keterampilan dasar.
ü Mulai merasakan kemampuan keterampilannya.
ü Bertambah bagus yulianto dalam melakukan
operasi kongkrit.
3.
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 9 tahun.
a.
Fisik
Ø Meningkat dalam koordinasi geraknya
Ø Tertantang melakukan kegiatan fisik sekuatnya
(memaksa)
Ø Sering terluka
Ø Banyak mengeluk pada tubuhnya.
Ø Menunjukan kegelisahan dengan mengigit kuku,
gigi bibir, memilin-milin rambut.
b.
Sosial
Ø Sangat tinggi dalam kompetitif
Ø Self aware
Ø Tidak sabar
Ø Sering merasa khawatir, cemas
Ø Membuka jarak dengan orang lain
Ø Sering mengeluh; masalah permasalahan
Ø Melihat orang dewasa secara tidak konsisten
dan sebagai control.
Ø Kritis
Ø Sering marah dan berubah-ubah emosinya
Ø Individualistic.
c.
Bahasa
Ø Menggunakan kata-kata bersifat deskripsi
Ø Senang bermain dalam kata dan bahasa serta
informasi
Ø Bahasa seperti bayi kadang muncul kembali.
Ø Menggunakan kata-kata yang melebih-lebihkan
Ø Saat banyak menggunakan kata-kata negative
seperti; aku benci itu, aku tidak bisa, bosan, iya iya.
Ø Senang bercanda yang sifat nya jorok
Ø Mencampuradukan ketika bicara.
d.
Kognisi
Ø Senang menghasilkan sesuatu dan mengoreksi
diri sendiri
Ø Mulai mengenal dunia yang lebuh luas
Ø Sedikit berimajinasi
Ø Rasa ingin tahu secara intelektual
Ø Mampu beradaptasi dengan beberapa kondisi
yang dia hadapi
Ø Bermasalah dengaan kondisi abstrak,
angka-angka yang banyak, masa waktu dan ruang.
4.
Ciri-ciri
perkembangan anak Usia 10 tahun
a.
Fisik
o Perkembangan otot besar
o Sangat membutuhkan waktu di luar ruangan dan
tantangan fisik.
o Tulisan tangan cendrung tidak rapi (jika
dibandingkan dengan usia 9 tahun)
o Makanan ringan waktu istirahat membantu
pertumbuhan tubuhnya.
b.
Bahasa
o Pendengar yang baik
o Banyak membaca
o Ekspresif, suka menjelaskan, aktif berbicara.
o Bekerjasama dan bersaing.
o Bersahabat, bergembira.
c.
Kognisi
o Daya ingat cukup produktif
o Kemampuan pada hal yang abstrak mulai
meningkat
o Menyuakai aturan dan hal-hal yang masuk akal.
o Mengklasifikasi dan mengumpulkan hal-hal yang
disukai, suka menyusun.
o Mampu konsentrasi dengan baik, bisa membaca
dalam waktu yang relative lama.
o Menjadi orang yang mampu menyelesaikan
masalah dengan baik.
o Bangga dengan hasil akademiknya.
5.
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 11 tahun.
a.
Fisik
§ Meningkatkan nafsu makan, kegiatan dan bicara.
§ Munculnya pubertas pada sebagian anak
perempuan.
§ Gerakan yang stabil, kurang waktu istirahat.
§ Sering kena flu dan kadang infeksi telinga.
§ Butuh istirahat yang cukup.
§ Agak kurang menggunakan kekuatan fisik
§ Kemampuan motoric harusnya baik
b.
Sosial
§ Peka, emosinya tidak stabil.
§ Bersebrangan pendapat.
§ Senang berada diluar rumah.
§ Selalu mengikuti kata hati, kasar dan kurang
peduli.
§ Suka beragumentasi.
§ Kesulitan membuat keputusan.
§ Memahami keadaan dirinya.
§ Emosional.
§ Mudah masuk/keluar dari kelompoknya.
c.
Bahasa
§ Senang berbicara ditelepon.
§ Selalu menuruti kata hati, bicara sebelum
dipikirkan.
§ Bicara kasar.
§ Suka beragumen, pendapat ulang
§ Appresiatif terhadap humor
§ Mengadopsi bahasa orang dewasa.
d.
Kognisi
§ Suka tugas baru dan berpengalaman untuk
merefleksikan atau memperbaiki tugas berikutnya.
§ Dapat berfikir abstrak.
§ Mahir memberikan alasan.
§ Dapat membangun dan memodifikasi aturan.
§ Memusatkan perhatiaan pada pengembangan bakat
dan memandang dunia dari berbagai segi.
§ Suka beragumentasi.
6.
Ciri-ciri
Perkembangan anak Usia 12 tahun.
a.
Fisik
ü Energy tinggi
ü Butuh banyak istirahat.
ü Dorongan pertumbuhan, tanda pubertas
ü Makan itu sangat dipentingkan ( snack pagi
disekolah )
ü Pendidikan jasmani sangat dibutuhkan.
b.
Sosial
ü Mulai tampak keperibadian orang dewasa
ü Dapat memberikan alasan yang lebih masuk akal
ü Antusias dan tidak malu-malu.
ü Berinisiatif untuk kegiatan sendiri.
ü Empati
ü Peduli pada dirinya dan sangat pengertian.
ü Dapat membuat tujuan yang nyata dalam waktu
singkat
ü Muncul rasa aman terhadap dirinya.
ü Teman sebaya lebig penting dari pada guru.
c.
Bahasa
ü Muncul kekasaran (Sarkasme)
ü Memiliki makana ganda, bermain kata-kata,
bercanda sesuai kemampuan mereka.
ü Asyik ngobrol dengan orang dewasa atau teman
sebaya bahasa “Gaul”
d.
Kognisi
ü Kemampuan memahami hal yang abstrak meningkat
ü Muncul kemampuan pada ketarampilan/ area
tertentu
ü Dapat dan akan melihat dua sisi dari sebuah
argument
ü Sangat tertarik dengan hal-hal baru politik,
keadilan social.
ü Meneliti dan mempelajari keterampilan
sebelumnya dengan meningkatkan disiplin pengorganisasian.
ü
I.
Masalah Perkembangan Psikologi Anak Usia
Sekolah (SD).
Perkembangan psikologi anak sekolah dasar
memang merupakan sebuah hal yang sangat disorot. Pada masa ini, anak akan
mendapat beragam masalah karena ia baru saja mengenal dunia baru, yaitu
sekolah. Anak akan berinteraksi dengan lebih banyak orang yang bisa memajukan
atau bahkan memberikan pengaruh negative terhadap perkembangan psikologinya.
Berikut ini adalah beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah
dasar yang mungkin saja biasa terjadi.
1.
Hiperaktif
Hiperaktif
ini merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang
anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cendrung bergerak
aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau lingkungan permaianan bersama
dengan teman-temannya. Anak hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat
perilaku yang terjadi secar spontan dan tanpa pikir panjang. Oleh karena
ituseorang anak dengann masalh psikologi hiperaktif memerlukan penanganan yang
begitu cepat.
2.
Sulit
berkonsentrasi
Anak
dengan konsentrasi buruk bisa membuatnya kesulitan apabila harus belajar dalam
waktu lama dan mengerti mengenai beberapa materi pembelajaran. Mereka cendrung
mudah terpengaruh terhadap hal yang ada di sekitarnya sehingga tidak mampu
berkonsentrasi secra maksimal.
3.
Pemurung
dan penyendiri
Pemurung
dan penyendiri meraka sulit bergaul dan cendrung merasa malu dengan keadaan
mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak boleh dibiarkan berlarut
karena jiwa social mereka tidak bisa berkembang jika sealu di biarkan.
4.
Masalah
biacara.
Seorang
anak yang mempunyai masalah bicara juga banyak terjadi. Rata-rata mereka
mempunyai masalah mengenai artikulasi dimana pembicaraan yang mereka lakukan
kurang jelas dan sulit diterima oleh lawan bicara. Salah satu cara terbaik yang
bisa dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan terapi bicara.
Seorang anak akan diajarkan bagaimana cara berbicara dengan konsep yang pelan,
lambat namun jelas.
Wentzal
dan Asher menyatakan para pakar perkembangan membedakan 3 tipe anak yang tidak
popular,yaitu:
1.
Anak
yang diabaikan (neglected children); yaitu anak yang jarang dinominasikan
sebagi teman terbaik tetapi bukan tidak disukai oleh teman-teman kelompoknya.
Anak ini biasanya memiliki teman bermain yang akrab, tetapi mereka tidak
dibenci atau ditoloak oleh teman sebayanya.
2.
Anak
yang ditolak ( rejected children ); yaitu anak yang jarang dinominasikan oleh
seseorang sebagai teman terbaik dan tidak sesuai oleh kelompoknya, karena
biasanya anak yang ditolak adalah anak yang agresif, sok kuasa dan suka
mengganggu. Anak ini biasanya mengalami problem penyesuaian diri yang serius
dimasa dewasa.
3.
Anak
yang kontroversi (controversy children) adalah anak yang sering dinominasikan
keduanya yaitu baik sebagai teman terbaik dan sebagai teman yang tidak disukai
(Santrock (1997, 325)).
v Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua
fase:
A.
masa
kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara Usia6/7 tahun-9/10
tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1,2 dan 3 sekolah dasar , dan
B.
Masa
kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung anatara usia 9/10tahun-12/13
tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4,5, dan 6 sekolah dasar.
v Ciri-ciri anak kelas-kelas rendah sekolah
dasar adalah:
A.
Ada
hubungan nya kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah,
B.
Suka
memuji diri sendiri
C.
Kalau
tidak dapat menyeleseikan suatu tugas atau pekerjaan, itu di anggapnya tidak
penting.
D.
Suka
membandingkan dirinya dengan orang lain, jika hal itu menguntungkan dirinya dan
E.
Suka
meremehkan orang lain.
v Ciri-ciri Khas anak masa kelas-kelas tinggi
sekolah dasar. Yaitu:
A.
Perhatiannya
tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari,
B.
Ingin
tahu, ingin belajar, dan realistis
C.
Timbul
minat pada pelajaran-pelajaran khusus
D.
Anak
memandang nilai sebagi ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah
dan
E.
Anak-anak
suka membentuk kelompok sebaya atau peegrup untuk bermain bersama, mereka
membuat peratuaran sendiri dalam kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar