Kamis, 03 Desember 2015

VARIASI INDIVIDUAL PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK



A.    Perkembangan Psikologi dan Peserta Didik
Secara etimologi psikologi berasal dari kata “Psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup dan “Logos” yang berarti ilmu. Di lihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bias di amati secara langsung.
Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang prilaku individu dalam berinteraksi dalam lingkungannya. Psikologi terbagi dalam dua bagian yaitu: psikologi umum ( General Phsychology ) yang mengkaji prilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individual dalam situasi khusus. Diantaranya:
·         Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
·         Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusu dilihat dari  aspek-aspek kepribadiannya.
·         Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (Klinis).
·         Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku indvidu yang tergolong abnormal.
·         Psikologi industry; mengkaji perilaku dalam kaitannya dengan dunia industri.
·         Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan Disamping jenis-jenis psikologi yang di sebutkan di atas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin kedepannya akan semakin dinamis dan kompleks. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena di dalamnya telah memiliki criteria persyaratan suatu ilmu yakni :
·         Ontologism; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
·         Epitemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studilongitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
·         Aksiologis; psikologi pendidikan dapat di artikan sebagai salah satu cabang psikologis yang secara khusus mengkaji prilaku individu individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologis berkaitan dengan pendidikan, yang efektivitas proses pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya pesrta didik,pendidikan administrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat didalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami perilaku individu sekaligus dapat menunjukan perilakunya secara efektif.
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (sinolungan, 1997).
Peserta didik merupakam subyek yang menjadi focus utama dalam penyelanggaran pendidikan dan pembelajaran.
      Berdasarkan beberapa definisi tentang peserta didik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya:
·         Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insane yang unik.
·         Peserta didik adalah indivu yang sedang berkembang.
·         Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
·         Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Pengertian Siswa
Siswa peserta didik atau siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang pendidikan dasar dan juga menengah. Siswa digambarkan sebagai sosok yang membutuhkan bantuan orang lain untuk memperoleh ilmu.
M Hosnan, salah satu praktisi dan pemerhati pendidikan ia mengungkapkan bahwa peserta didik atau siswa merupakan individu yang belum bias dikatakan dewasa. Ia memerlukan usaha, bantuan serta bimbingan seseorang untuk mencapai tingkat kedewasaannya.
UU RI No.20 th 2003 telah mencantumkan bahwa peserta didik memiliki kewajiban sebagai berikut:
1.      Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.
2.      Ikut menanggung biaya pendidikan kecuali bagi yang dibebaskan dari kewajiban tersebut.

B.     Karakteristik Perkembangan Peserta Didik
Secara garis besarnya aspek-aspek perkembangan meliputi: perkembangan fisik motorik dan otak, perkembangan kognitif dan perkembangan sosioemosional.
o   Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ( SD )
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun.
Menurut havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi
a.       Menguasai keterampilan fisik yang di perlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
b.      Membina hidup sehta.
c.       Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.
d.      Belajar menjalankan peranan social dengan jenis kelamin.
e.       Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
f.       Memperoleh sejumlah konsep yang di perlukan untuk berpikir efektif.
g.      Mengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai.
h.      Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru di tuntut untuk memberikan bantuan berupa :
a.       Menciptakan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik.
b.      Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, bergaul dan dengan teman sebaya.
c.       Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.
d.      Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai sehingga siswa mampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

o   Karakteristik Usia Sekolah Menengah ( SMP )
Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP :
a.       terjadinya ketidak seimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b.      mulai timbulnya cirri-ciri seks sekunder.
c.       reaksi dan ekpresi masih labil.
d.      kecendrungan minat dan pilihan karir reklatif sudah lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia menengah yang demikian :
a.       Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topic-topik yang berkenan dalam anatomi dan fisiologi.
b.      Tampil menjadi teladan bagi siswa.
c.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

o   Karakteristik Anak Usia Remaja ( SMP/SMA )
Masa remaja ( 12 – 21 tahun ) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan dewasa. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yaitu :
a.       Mencapai huungan matang dengan teman sebaya.
b.      Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
c.       Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
d.      Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social.
e.       Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memnuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, yaitu :
a.       Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penimpangan seksual dan penyalah gunaan narkotika.
b.      Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi lainnya.
c.       Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
d.      Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam konsdisi sulit dan penuh godaan.
e.       Membangun siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswata.

C.     Teori-teori Psikologi Tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
1.      Pandangan Psikodinamika
Teori Psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini di pelopori  oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model Psikodinamika yang di ajukan freud di sebut “teori psikoanalistis” (Psychoanalytic theory). Menurut teori ini tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu. Bagi Freud, ketidaksadaran merupakan bagian dari pikiran yang terletak di luar kesadaran yang umum dan berisi dorongan-dorongan instinktual.
Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut Freud kemudian membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis, yaitu:
a)      Id
Merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur biologis, termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan implus-implus Instinktif yang lebih dasar (lapar,haus,seks,dan agresi). Id bekerja mengikuti prinsip kesenangan (pleasure principle), yang di operasikan pada dunia proses: pertama, reflkes dan reaksi otomatis (seperti: bersin, berkedip); kedua, proses berpikir primer (primary process thinking) yang merupakan proses dalam berhubungan dengan dunia luar melalui imajinasii dan fantasi, yakni mencapai pemuasan dengan memanipulasi gambaran mental dari objek yang di inginkan (seperti: orang lapar membayangkan makanan).
b)     Ego
Merupakan aspek psikologi kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instinktif organisme dengan keadaan lingkungan. Ego berkembang pada tahun pertama dan merupakan aspek eksekutif atau” misalnyaecutive branch” (badan pelaksana) kepribadian, karena fungsi utama ego adalah:
1)      Menahan penyaluran dorongan ;
2)      Mengatur desekan dorongan-dorongan yang sampai pada kesadaran;
3)      Mengarahkan suatu perbuatan agar mencapai tujuan-tujuan yang dapat di terima;
4)      Berpikir logis; dan
5)      Mempergunakan pengalaman emosi-emosi kecewa atau kesal sebagai tanda adanya sesuatu yang salah , yang tidak benar.
Perbedaan pokok antara id dan ego adalah bahwa id hanya mengenal realitas subjektif-jiwa , sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam bathin dengan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.
c)      Superego
adalah aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaimana yang di tafsirkan orangtua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang di akui oleh masyarakat. Superego mencerminkan nilai-nilai moral dari self yang ideal, yang di sebut “ego ideal” dan berfungsi:
1)      Sebagai hati nurani atau penjaga moral internal, yang mengawasi ego dan memberikan         penilaian tentang benar atau salah:
2)      Merintangi impuls-impuls id, terutama impuls-impuls seksial dan agresif:
3)      Mendorong untuk mengganti tujuan-tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis:
4)      Menentukan cita-cita mana yang akan di perjuangkan:
5)      Mengajarkan kepuasaan.
Artinya, agar manusia tidak mengembangkan nafsu saja dan tidak terlalu cenderung pada hal-hal yang idealis dan moralis, perlu ada imbangkan melalui dunia kenyataan atau di jembatani oleh ego.
2.      Pandangan Behavioristik
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia yang di kembangkan oleh John B.Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun, 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.
Watson dan teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990) meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional. Jika Freud melihat tingkah laku kita di kendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional, teoritikus behavioristik melihat kita sebagai hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku kita. Menurut teoritikus behavioristik manusia sepenuhnya adalah manusia yang reaktif, yang tingkah lakunya di control oleh faktor-faktor dari luar.

3.      Pandangan Humanistik
Teori humanistik muncul pada pertengahan ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoritikus humanistik, seperti Carl Rogers ( 1902-1987 ) dan Abraham Maslow ( 1908-1970 ) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian ( conditioning ) yang sederhana.
Aliran humanistic berhubungan erat dengan aliran filosofis Eropa yang disebut “eksistensialisme”. Para eksistensialis, seperti filosof Martin Heidegger ( 1889-1976 ) dan Jean-Paul Sartre ( 1905-1980 ), memfokuskan perhatian pada pencarian dan mempertahankan bahwa manusia memiliki kecenderungan bawaan untuk melakukan self-actualization untuk berjuang menjadi apa yang mereka menjadi mampu.
Menurut Rogers, salah seorang tokoh aliran humanistic, prasyarat dari terpenting bagi aktualisasi diri adalah konsep diri yang laus dan fleksibel. Rogers meyakini bahwa orangtua mempunyai peran yang besar dalam membantu anak-anak mereka mengembangkan self-esteem dan menempatkan mereka pada jalur self-actualization dengan menunjukan anuconditional positive regard memuji mereka berdasarkan nilai dari dalam diri mereka.

4.       Pandangan Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal merupakan pengembangkan psikologi humanistik. Psikologi transpersonal berawal dari penelitian-penelitian psikologi kesehatan yang dilakukan oleh Abraham Maslow pada tahun 1990-an. Maslow melakukan serangkaian penelitian tentang pengalaman-pengalaman keagamaan, seperti “pengalaman-pengalaman puncak“(peak misalnya periences ). Psikologi transpersonal mengambil pelajaran dari semua angkatan psikologi dan kearifan penerial (philosophia) agama.

D.    Perbedaan Individual Perkembangan Pesrta Didik
Dalam tinjauan psikologis islam, perbedaan individu tersebut dipandang sebagai realitas kehidupan manusia yang sengaja diciptakan Allah untuk dijadikan bukti kebesaran dan kesempurnaan ciptaan-Nya.
Secara umum, perbedaan individual dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertikal dan perbeedaan secara horizontal. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti : bentuk, tinggi, besar, kekuatan dan sebagainya. Perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti : tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perbedaan individu peserta didik tersebut.

1.      Perbedaan Fisik-Motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya terbatas pada aspek-aspek yang teramati oleh pancaindra, seperti : bentuk atau tinggi badan, warna kulit, warna mata atau rambut, jenis kelamin, nada suara atau bau keringat, melainkan juga mencakup aspek-aspek fisik yang tidak dapat diamati melalui pancaindra.
Perbedaan aspek fisik juga dapat dilihat dari kesehatan peserta didik, seperti kesehatan mata dan telinga. Dalam hal kesehatan mata misalnya, akan ditemuai adanya peserta didik yang mengalami gangguan pengelihatan, sperti : rabun jauh, rabun dekat, rabun malam, buta warna, dan sebagainya. Sedangkan dalam hal kesehatan telinga, akan ditemui adanya peserta didik yang mengalami penyumbatan pada saluran liang telinga, ketegangan pada telinga, terganggunya tulang-tulang pendengaran dan seterusnya.
2.      Perbedaan Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian-bagian dari proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. Secara umum intelegensi dapat dipahami sebagai kemampuan beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensi peserta didik, para ahli telah mengembangkan instrument yang dikenal “ tes intelegensi “, yang kemudian lebih popular dengan istilah Intelligence Quotient, disingkat IQ.
Berdasarkan hasil tes intelegensi, peserta didik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Anak Genius
IQ diatas 140
b.      Anak Pintar
110-140
c.       Anak Normal
90-110
d.      Anak Kurang Pintar
70-90
e.       Anak Debil
50-70
f.       Anak Dungu
30-50
g.      Anak Idiot
IQ dibawah 30

Genius adalah sifat pembawaan luar biasa yang dimiliki seseorang, sehingga ia mampu mengatasi kecerdasan orang- orang biasa dalam bentuk pemikiran dan hasil karya. Sedangkan idiot atau pander adalah penderita lemah otak, yang hanya memiliki kemampuan berpikir setingkat dengan kecerdasan anak yang berumur tiga tahun ( Mursal, 1981 ).
3.      Perbedaan Kecakapan Bahasa
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dalam kalimat yang bermakna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa anak didik berbeda-beda, ada yang berbicara, berbelit-belit dan tidak jelas.
Dari hasil bebrapa penelitian bahwa faktor nature dan nurture (pembawaan dan lingkungan) sangat mempengaruhi perkembanagn bahasa anak. Karena itu, tidak heran kalau antara individu yang satu dan yang lain berbeda dalam kecakapan bahasanya. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kecakapan berbahasa anak yaitu : faktor kecerdasan, pembawaan, lingkungan fisik, terutama organ bicara, dan sebagainya.

4.      Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologis peserta didik juga terlihat dari aspek psikologinya. Ada anak yang mudah tersenyum, gampang marah, berjiwa sosial, sangat egoistis, cengeng, pemalas, rajin, ada pula anak yang pemurung dan seterusnya.
Persoalan psikologis memang sangat kompleks dan sanagt sulit dipahami secara tepat, karena menyangkut apa yang ada didalam jiwa dan perasaan peserta didik. Guru dituntut untuk mampu memahami fenomena-fenomena tersebut. Salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik secara pribadi. Dengan cara ini mungkin guru akan mengenal siapa sebenarnya peserta didik tersebut, kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapainya.

E.     Hukum-Hukum Perkembangan
1.      Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala kearah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan prenatal yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan mempunyai bagian-bagian dan alat-alat pada kepala bayi yang lebih “matang” daripada bagian-bagian tubuh lainnya. Bayi bisa mengunakan mulut dan matanya lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik pada masa perkembangan prenatal, neonatal maupun anak-anak, proporsi bagian kepala dalam rangka batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini makin besar.
2.      hukum provimodistal
hukum provimodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang berpusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini tentu saja karena alat-alat tubuh yang terdapat pada daerah pusat itu lebih vital dari pada anggota gerak seperti tangan dan kaki.
Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis dan sudut ilmu faal masih banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbhan, struktur dan fungsi serta kefaalan anggota tubuh.
3.      perkembangan terjadi dari umum ke khusus
pada setiap aspek terjadi perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian berangsur menuju hal yang khusus. Terjadi proses diferensiasi seperti yang dikemukakan oleh werner. Anak akan lebih dulu mampu  menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk tangan baru kemudian menggerakkan jemarinya. Dari sudut perkembangan juga terlihat hal yang tadinya umum ke khusus
4.      perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan
pada setiap masa perkembangan terdapat ciri-ciri perkembangan yang berada dalam setiap fase perkembangan. Sebenarnya ciri-ciri perkembangan sebelumnya diperlihakan pada masa berikutnya, hanya saja terjadi dominasi pada ciri-ciri yang baru. Namun demikian ada aspek-aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak meningkat lagi hal ini disebut fiksasi.
5.      hukum tempo dan ritme perkembangan
setiap tahap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat. Akan tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula. Yang ditentukan oleh kekuatan yang ada dalam diri anak. Dalam praktik sering terlihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada
keseluruhan perkembangan mental, yakni:
a.       jika perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan jauh tertinggal dari patokan umum, tanpa ada sebab khusus pada fungsionalistik fisik yang terganggu.
b.      Jika perkembangan kemampuan sangat terlambat dibandingkan dengan anak-anak yang lain pada masa perkembangan yang sama.
F.     Karakteristik Individu dan Implikasinya Terhadap Pendidikan.
Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristk-karakteristik individu baik fisik, mental ataupun emosional biasa digunakan istilah nature dan nuture (alam, sifat dasar). Nature adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorangsejak lahir atau diwarisi sebagai pembwaan, sedangkan nuture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah factor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya.
Nature dan nuture ini merupakan dua factor yang mempengaruhi karakteristik individu baik secara terpisah ataupun terpadu dengan rangsangan yang lain, proses pendidikan disekolah harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik secara individu. Secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat belajar secara optimal.
Dalam pembiaraan mengenai karakteristik individu peserta didik ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.       Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemampuan intelektual, kemampuan berfikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor
b.      Karakteristik. Yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial kultural
c.       Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti: sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Bagi guru khususnya, informasi mengenai karakteristik individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih tepat. Disamping itu, pemahaman atas karakteristik individu peserta didik juga sangat bermanfaat bagi guru dalam memberikan motivasi dan bimbingan bagi setiap individu peserta didik kearah keberhasilan belajarnya.  
G.    Perkembangan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun)
1.      Perkembangan intelektual
   Pada usia sekolah anak dasar (6-12 tahun), anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada masa pra-sekolah pola pikirnya masih bersifat imanatif (khayalan), sedangkan pada masa sekolah dasar daya pikirnya sudah merujuk kepada hal-hal yang bersifat kongkrit dan rasional. Piaget menamakan sebagai masa operasi kongkrit, masa berakhirnya berfikir khayal dan mulai berfikir nyata. Masa ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru yakni: mengklasifikasikan, menghubungkan ungkapan angka-angka. Kemampuan menghutung, menambah, mengurangi. Kemampuan selanjutnya anak sudah bisa memecahkan masalah yang sederhana.
Kemampuan intelektual anak pada masa ini sudah cukup untuk menjadikan dasar diberi berbagai kecakapan yang mengembangkan daya pikir dan daya nalarnya seperti, membaca, menulis, dan berhitung serta di beripengetahuan tentang manusia, hewan, alam, serta lingkungan.
2.      Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal, dan menguasai vocabulary atau perbendaharaan kata. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu:
a.       Proses jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang (organ suara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b.      Proses belajar, yaitu berarti anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kaliamat yang lebih sempurna, dapat membuat kaliamat majemuk dan dapat menyusun dan menajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan katanya serta mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik.
3.      Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan social ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi social. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok,tradisi dan moral. Perkembangan social anak sekolah dasar ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik hubungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan sekolah. pada fase ini anak mulai kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatiakn kepentinagn orang lain). Anak merasa senang jika ia diterima dalam suatu kelompok  dan mersa tidak senang jika ia ditolak dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan socialnya ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebyanyamaupun lingkungan sekitarnya.

4.      Perkembangan Emosional
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secra kasar tidaklah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar untuk mengndalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan mengotrol ini diperoleh melalui peniruan dan pelatihan-pelatihan (pembiasaan). Apa bila anak dikembangkan dalam lingkungan yang suasananya stabil, maka perkembangan emosi anak cendrung stabil dan sebaliknya.
Emosi-emosi yang secra umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih saying, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senang, nikmat, bahagia).
Emosi merupakan faktor yang dominan memengaruhi tingkah laku, dalam hal tingkah laku belajar.
Emosi yang positif akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatiakan penjelasan guru, membaca, berdiskusi dsb. Dan sebaliknya jika emosi yang negative, maka proses belajar akan tergangggu dalam arti individu tidak bisa memusatkan perhatiannya untuk belajar.

5.      Perkembangan Moral
Anak mulai menganal konsep moral (mengenal benar dan salah) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini adalah keharusan karena informasi yang diterima anak menganai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dihari kemudian. Pada usia ini anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan.
Disamping itu anak sudah dapat mengasosiakan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar salah, misalnya ia memandang bahwa perbuatan nakal atau dusta dan tidak hormat pada orang tua adalah perbuatan yang salah. Sedangkan perbuatan jujur adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar.

6.      Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motoric anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhannya. Pada fase ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motoric yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motoric ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang dan sebagainya.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dibidang pengetahuan maupun keterampialan. Oleh karena itu perkembangan motoric sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
7.      Perkembangan Keagamaan
pada masaa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-ciri sebagia berikut:
sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian pandangan keagamaannya diperoleh secra rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika pada indicator alam semesta sebagai penciptaan Tuhan.
Penghayatan secara ruhaniah mulai mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral. Kualitas keagamaan anak akan sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut pendidikan agama disekolah dasar mempunyai peranan penting. Oleh karena itu pendidikan agama disekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak. Senada dengan paparan tersebut Zakiah Darajat mengemukakan bahwa pendidikan agama disekolah dasar meruoakan dasar bagi pembinaa sikap positif terhadap agama dan membentuk pribadi dan akhlak anak.

A.    Tugas perkembangan anak masa usia sekolah 6-12 tahun.
Pada masa ini anak memasuki masa belajar didalam dan diluar sekolah, anak belajar disekolah, tetapi membuat latihan dirumah yang mendukung hasil belajr disekolah. Banyakl aspek prilaku dibentuk melalui pengutan verbal, keteladanan, dan identifikasi anak-anak pada masa ini juga mempunyai tugas-tugas perkembangan(Menurut Robert J. Hagvihurst) yakni:
1.      Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; bermain sepak bola, loncat tali, berenang.
2.      Belajar membetuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
3.      Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
4.      Belajar memaikan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5.      Belajar keterampilan dasar dalam membaca, melis, berhitung.
6.      Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
7.      Membentuk hati nurani, nilai, moral, dan nilai social.
8.      Memproleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9.      Membentuk sikap terhadap kelompok social dan lembaga-lembaga.
Dalam perkembanga ini anak masih perlu mengembangkan pengetahuan melalui belajar.
Belajar secra sistematis disekolah juga mengembangkan sikap, kebiasaaan dirumah ataupun lingkunga sekitarnya. Anak juga perlu diberikan pujian atau penghargaan dalam prestasinya, namun pengawasan dari guru dan orangtua jyga perlu untuk memunculkan sikap dan kebiasaan yang baik.
B.     Perkembngan fisik kognitif, Psikologi anak Usia/Masa sekolah Dasar(6-12 tahun).
1.      Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cendrung lebih lambat dan konsisten. Bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2, 5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm per tahun ( F.A Hdist 1996). Masa ini juga sering disebut masa tenang sebelum menjelang masa remaja. Tetapi hal ini tidak berati bahwa pada masa ini tidak terjadi proses pertumbuhan fisik yang berarti. Karena selama masa ini terjadi, terutama bertambahnya ukuran system rangka otot secara berangsur-angsur bertambah dan gemuk bayi (babyfat) berkurang. Pertambahan kekuatan otot ini adalah faktor keturunan dan latihan (olahraga). Karena faktor perbedaan jumlah sel-sel otot, maka pada umumnya untik anak laki-laki lebih kuat dari pada anka perempuan. (santrock,1995) selain itu pertumbuhan fisik atau jasmani seperti berikut:
a)      Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relative sama. Bahkan dalam kondisi ekonomi yang relative sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b)      Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
c)      Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif seringkali menderita kegemukan atau kelebuhan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d)     Orangtua harus selalu memperhatiakan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita ana, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orangtua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan, kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
2.      Perkembangan Kognitif
Seiring dengan masuknya anak kesekolah dasar, kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah berarti dunia dan minat anak bertambah luas. Dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.

Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya fikir anak masih bersifat imajinatif  dan egosentris maka pada masa ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat sehinggga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.

Menurut Teori Piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga pemikiran oprasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek pristiwa nyata atau kongkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (logikanya).

3.      Perkembangan Intelektual Dan Emosional Anak Usia Sekoalah Dasar (SD).
A.    Perkembangan Intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
B.     Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan, dan pembinaan orangtua maupun guru disekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
C.     Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun seringkali juga adanya tindakan orangtua yang seringkali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena sangat mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orangtua yang sangat keras, suka menekan dan menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
D.    Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang seringkali bertemu dan bergaul juga megang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
E.     Dalam mengatasi berbagai masalah yang seringkali dihadapi orangtua dan anak, biasanya orangtua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi orangtua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
F.      Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi oragtua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orangtua yang menyebabkan stress pada anak biasanya kurang perhatian orangtua, seringkali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu diluar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan., penerimaan lingkunagan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.

4.      Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4-5 bulan. Orangtua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orangtua membimbing anaknya.

Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan. (b) sebagai alat untuk menarik orang lain. (c) sebagai alat untuk membuna hubungan social. (d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri. (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. (f) untuk mempengaruhi perilaku oranglain.

Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara. (b) kesiapan mental (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. (d) kesempatan berlatih. (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orangtua.

Disamping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan berbicara bagi anak, yakni; (a) anak cengeng. (b) anak sulit memahani isi pembicaraan orang lain.

5.      Perkembangan Moral, social dan sikap.
a.       Kepada orangtua dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat. Dan turut menjadi teladan yang baik bagi anak. Dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada anak apabila berbuat atau berperilaku positif.
b.      Terdapat bermacam hadiah yang seringkali diberikan anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
c.       Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan (b) memberikan motivasi kepada anak. (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
d.      Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak dalah; (a) restruktif, (b) fungsi pendidikan. (c) sebagai penguat motivasi.
e.       Syarat pemberian hukuman adalah; (a) segera diberikan (b) konsisten. (c)konstruktif (d) impresional artinya tidak ditunjukan kepada peribadi anak melainkan kepada perbuatannya. (e) harus disertai alasan. (f) sebagai alat control diri. (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

6.      Perkembangan Psikologi.
Perkembangan psikologisnya; mental, social, emosioanal.
Menurut Teori Kolberg; kolbreg dalam menganalisis perkembangan anak usia sekolah dasar 6-12 tahun juga membanginya menjadi dua tahapan;
1.      Tahap pertama; usia 6-10 tahun.
Dalam usia ini ia menilai hukuman atau akibat yang diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan mampu membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman.

2.      Tahapan Ke Dua; 10-12 tahun.
Dalam usia ini, Menurut Kolhberg, ia sudah bisa berpikir  bijaksana. Hal ini ditandai dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan moralagar disukai oleh orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat kebaikan bagi anak usia seperti ini lebih dinialai dari tujuannnya. Ia pun menjadi anak yang tau akan aturan. Hal ini juga tergantung pula pada pola asuh para pendidik terhadap siswa-siswinya dan orangtua terhadap anak-anaknya.

Ø  Pengaruh Pola Asuh Terhadap Perilaku Anak.
Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negative maupun positif. Begitu juga pola asuh yang dilaksanakan oleh bapak dan ibu guru disekolah.
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orangtua;
a.       Pola asuh Demokratis
b.      Pola asuh otoriter
c.       Pola asuh permisif
d.      Pola asuh penelantar

·         Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragi-ragu mengedalikan mereka. Orangtua dengan pola asuh ini bersifat rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orangtua tipe ini bersikap realistis terhadap kemampuan anak, dan tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak untuk memilih dan melakuakan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Pengaruhnya terhadap perilaku anak.
            Pola asuh demokratis diatas, akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunya hubungan baik dengan teman, mampu mengahadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang-orang.

·         Pola Asuh Otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman, misalnya kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cendrung memaksa, memerintah, menghukum.



Pengaruhnya terhadap Perilaku anak
            Pola Asuh Otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar mentang, suka melanggar norma, berkeperibadian lemah, cemas dan menarik diri.

·         Pola Asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cendrung tidak menegur atau memperingatkan anak ketika anak sedang dalan bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, namun orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

Pengaruhnya terhadap perilaku anak.
            Pola Asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara social.

·         Pola Asuh Tipe Penelantar. Orangtua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka. Seperti bekerja dan juga kadangkala biayapun di hemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan fisikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun fisikis pada anak-anaknya.

Pengaruhnya terhadap perilaku anak;
            Pola Asuh Penelantar. Akan mengahasilkan karakteristik anak-anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggungjawab, tidak mau mengalah, self esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman lain.

Dari karakteristik tersebut di atas, kita dapat mawas diri, kita masuk dalam kategori pola asuh yang mana. Apabila kita memahami pola asuh yang mana yang cendrung kita terapkan, sadar atau tidak sadar, maka kita dapat segera merubahnya.
Kita juga bisa melihat, bahwa harga diri yang rendah terutama adalah disebabkan kareba pola asuh orangtua yang penelantar. Banyak sekali para orangtua terutama para wanita karier yang sudah mempunyai anak yang lebih cinta kepada pekerjaannya daripada kepada anaknya sendiri. Dia lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang. Dia lupa kalau dirumah ada anak-anaknya yang membutuhkan kasih dan sayng dia. Pergi kerja disaat anaknyamasih tertidur pulas, lalu pulang ketika anaknya sudah teridur pulas lagi. Sehingga anak-anak lebih mengenal pembantunya daripada sosok Ibunya sendiri.

H.    Karakteristik Dan Ciri-ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD).
Selaku Guru dan calon guru harus memahami beberapa karakteristik psikologi perkembangan anak di usia sekolah dasar, agar guru dan calon guru lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingakat sekolah dasar (SD). Seorang Guru professional harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya. Selain perkembangan psikologi yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik pemahaman terhadap perkembangan psikologi peserta didik dan tugas-tugas perkembangannya. Peserta didik ditingkat sekolah dasar (SD) dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD. Dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu ssendiri.
1.      Pengertian Karakteristik Siswa.
Karakteristik berasal dari kata karakter; dalam kamus poerwadarminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, atau sifat-sifat kejiwaan. Menurut IR Pedjawijatna karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan beberapa pengertian tersebut bahwa dikatakan Karakteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi / keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian karena watak dan perbuatan manusia tidak lepas dari kodrat, dan sifat, serta bentuknya yang berbeda-beda antara seorang dengan yang lainnya, maka tidak heran jika bentuk dan karakter siswa berbeda-beda.
2.      Karakteristik Perkembangan anak Usia sekolah (SD)
a.      Senang bermain.
Karakteristik/psikologi ini menurut Guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD Seyoginya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan didalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius Ipa, matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau seni budaya dan kerampilan.
b.      Senang Bergerak.
Dalam kenyataan bahwa orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak usia SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinakan anak berpindah atau begerak (movebel).
c.       Anak senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak usia sekolah dasar belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerima tanggungjawab, belajar bersaing dengan orang lain secar sehat (sportif), mempelajari olahraga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan dekorasi.
d.      Senang merasakan atau melakuakan, memperagakan sesuatu secara langsung.
Seperti yang dikatakan jean piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, dijelaskan bahwa anak usia sekolah dasar (SD) memasuki tahap oprasional konkret. Dari apa yang dipelajari disekolah, ia belajar menghubngkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini , siswa membentuk konsep tentang angka, ruang , waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral dan sebagainya. Bagi anak SD penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih di pahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang berkualitas dan memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, dimana guru dalam kegiatan belajar mengjar sebagai fasilitator terhadap murid-muridnya. Dan yang aktif adalah siswany. Contoh: anak akan lebih memahami tentang pelajran sholat jika peserta didik diajak langsung dengan praktek bagaimana sholat itu dilaksanakan dan seterusnya.

3.      Ciri-ciri Perkembangan anak Usia sekolah dasar (6-12 Tahun).
Setiap anak memiliki fase/tahap dan ciri perkembangan yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Perkembangan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun)” memiliki ciri-ciri perkembangan sebagai berikut:

1.      Ciri-ciri perkembangan anak usia sekolah dasar 7 tahun.
a.       Fisik
·         Pandangan terbatas
·         Bekerja dengan kepala diatas meja
·         Menggenggam pensil (diujung).
·         Dapat menulis dengan rapi
·         Kadang-kadang tegang
·         Suka ruang yang telah ditentuakan.
·         Sering merasa terluka, bisa nyata atau pura-pura.
b.      Sosial
·         Suka menyendiri, tertutup.
·         Membutuhkan penguatan terus menerus. (aman dan teratur)
·         Kadang murung, sedih, merajuk, malu.
·         Merasa tidak banyak orang yang menyukainya (berubah)
·         Percaya pada guru untuk membantunya.
·         Sensitive pada perasaan orang lain. Kadang suka mengadu.
·         Tidak suka melakukan kesalahan.
·         Kuat perasaan suka dan tidak suka.
·         Menjaga kerapian meja dan lingkungan.
c.       Bahasa
·         Pendengar yang baik
·         Pembicara yang tepat
·         Suka dialog/ percakapan berpasangan
·         Perkembangan kosa kata cepat
·         Tertarik cari arti/maksud kata
·         Suka sampaikan catatan kecil.
·         Berminat dengan bermacam-macam symbol.
d.      Kognisi
·         Suka mengulang pelajaran.
·         Butuh akhir kegiatan yang jelas (lengkapi dengan tugas)
·         Suka bekerja secara bertahap (sedikit demi sedikit)
·         Suka bekerja sendiri
·         Suka dibacakan
·         Suka menghapus ( ingin sempurna)
·         Ingin menemukan bagaimana suatu benda bekerja
2.      Ciri-ciri perkembangan anak usia 8 tahun.
a.       Fisik
o   Bergerak cepat, bekerja dengan tergesa-gesa.
o   Penuh dengan energy
o   Perlu pelepasan energy secara fisik (kegiatan diluar ruangan)
o   Kadang sedikit aneh
o   Rentang konsentrasi terbatas
o   Memiliki pandangn dekat dan jauh sama kuat
b.      Sosial
o   Bersifat sangat baik, penuh denga humor.
o   Suka bekerja sama
o   Sering “menggigit lebih dari yang bisa dikunyah” salah dalam memperkirakan kemampuan mereka.
o   Resisten (bertahan); membuat alasan dengan cepat ketika membuat kesalahan.
o   Lebih suka kegiatan yang sama dengan teman sejenis.
o   Bermasalah dengan aturan dan batasan-batasan
o   Kelompok perteman lebih banyak dari usia 7 tahun
c.       Bahasa
§  Bicara aktif
§  Mendengarkan tapi penuh dengan gagasan sehingga tidak dapat selalu ingat apa yang telah dikatakannya.
§  Melebih-lebihkan dalam bicara.
§  Suka dalam menjelaskan gagasan
§  Perlu kosa kata yang sangat cepat.
d.      Kognisi
ü  Suka kegiatan kelompok
ü  Suka menghasilkan sesuatu
ü  Sering bekerja dengan keras/kuat
ü  Mulai mahir dalam keterampilan dasar.
ü  Mulai merasakan kemampuan keterampilannya.
ü  Bertambah bagus yulianto dalam melakukan operasi kongkrit.
3.      Ciri-ciri perkembangan anak usia 9 tahun.
a.       Fisik
Ø  Meningkat dalam koordinasi geraknya
Ø  Tertantang melakukan kegiatan fisik sekuatnya (memaksa)
Ø  Sering terluka
Ø  Banyak mengeluk pada tubuhnya.
Ø  Menunjukan kegelisahan dengan mengigit kuku, gigi bibir, memilin-milin rambut.
b.      Sosial
Ø  Sangat tinggi dalam kompetitif
Ø  Self aware
Ø  Tidak sabar
Ø  Sering merasa khawatir, cemas
Ø  Membuka jarak dengan orang lain
Ø  Sering mengeluh; masalah permasalahan
Ø  Melihat orang dewasa secara tidak konsisten dan sebagai control.
Ø  Kritis
Ø  Sering marah dan berubah-ubah emosinya
Ø  Individualistic.
c.       Bahasa
Ø  Menggunakan kata-kata bersifat deskripsi
Ø  Senang bermain dalam kata dan bahasa serta informasi
Ø  Bahasa seperti bayi kadang muncul kembali.
Ø  Menggunakan kata-kata yang melebih-lebihkan
Ø  Saat banyak menggunakan kata-kata negative seperti; aku benci itu, aku tidak bisa, bosan, iya iya.
Ø  Senang bercanda yang sifat nya jorok
Ø  Mencampuradukan ketika bicara.
d.      Kognisi
Ø  Senang menghasilkan sesuatu dan mengoreksi diri sendiri
Ø  Mulai mengenal dunia yang lebuh luas
Ø  Sedikit berimajinasi
Ø  Rasa ingin tahu secara intelektual
Ø  Mampu beradaptasi dengan beberapa kondisi yang dia hadapi
Ø  Bermasalah dengaan kondisi abstrak, angka-angka yang banyak, masa waktu dan ruang.
4.      Ciri-ciri perkembangan anak Usia 10 tahun
a.       Fisik
o   Perkembangan otot besar
o   Sangat membutuhkan waktu di luar ruangan dan tantangan fisik.
o   Tulisan tangan cendrung tidak rapi (jika dibandingkan dengan usia 9 tahun)
o   Makanan ringan waktu istirahat membantu pertumbuhan tubuhnya.
b.      Bahasa
o   Pendengar yang baik
o   Banyak membaca
o   Ekspresif, suka menjelaskan, aktif berbicara.
o   Bekerjasama dan bersaing.
o   Bersahabat, bergembira.
c.       Kognisi
o   Daya ingat cukup produktif
o   Kemampuan pada hal yang abstrak mulai meningkat
o   Menyuakai aturan dan hal-hal yang masuk akal.
o   Mengklasifikasi dan mengumpulkan hal-hal yang disukai, suka menyusun.
o   Mampu konsentrasi dengan baik, bisa membaca dalam waktu yang relative lama.
o   Menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalah dengan baik.
o   Bangga dengan hasil akademiknya.
5.      Ciri-ciri perkembangan anak usia 11 tahun.
a.       Fisik
§  Meningkatkan nafsu makan, kegiatan dan bicara.
§  Munculnya pubertas pada sebagian anak perempuan.
§  Gerakan yang stabil, kurang waktu istirahat.
§  Sering kena flu dan kadang infeksi telinga.
§  Butuh istirahat yang cukup.
§  Agak kurang menggunakan kekuatan fisik
§  Kemampuan motoric harusnya baik
b.      Sosial
§  Peka, emosinya tidak stabil.
§  Bersebrangan pendapat.
§  Senang berada diluar rumah.
§  Selalu mengikuti kata hati, kasar dan kurang peduli.
§  Suka beragumentasi.
§  Kesulitan membuat keputusan.
§  Memahami keadaan dirinya.
§  Emosional.
§  Mudah masuk/keluar dari kelompoknya.
c.       Bahasa
§  Senang berbicara ditelepon.
§  Selalu menuruti kata hati, bicara sebelum dipikirkan.
§  Bicara kasar.
§  Suka beragumen, pendapat ulang
§  Appresiatif terhadap humor
§  Mengadopsi bahasa orang dewasa.
d.      Kognisi
§  Suka tugas baru dan berpengalaman untuk merefleksikan atau memperbaiki tugas berikutnya.
§  Dapat berfikir abstrak.
§  Mahir memberikan alasan.
§  Dapat membangun dan memodifikasi aturan.
§  Memusatkan perhatiaan pada pengembangan bakat dan memandang dunia dari berbagai segi.
§  Suka beragumentasi.
6.      Ciri-ciri Perkembangan anak Usia 12 tahun.
a.       Fisik
ü  Energy tinggi
ü  Butuh banyak istirahat.
ü  Dorongan pertumbuhan, tanda pubertas
ü  Makan itu sangat dipentingkan ( snack pagi disekolah )
ü  Pendidikan jasmani sangat dibutuhkan.
b.      Sosial
ü  Mulai tampak keperibadian orang dewasa
ü  Dapat memberikan alasan yang lebih masuk akal
ü  Antusias dan tidak malu-malu.
ü  Berinisiatif untuk kegiatan sendiri.
ü  Empati
ü  Peduli pada dirinya dan sangat pengertian.
ü  Dapat membuat tujuan yang nyata dalam waktu singkat
ü  Muncul rasa aman terhadap dirinya.
ü  Teman sebaya lebig penting dari pada guru.
c.       Bahasa
ü  Muncul kekasaran (Sarkasme)
ü  Memiliki makana ganda, bermain kata-kata, bercanda sesuai kemampuan mereka.
ü  Asyik ngobrol dengan orang dewasa atau teman sebaya bahasa “Gaul”
d.      Kognisi
ü  Kemampuan memahami hal yang abstrak meningkat
ü  Muncul kemampuan pada ketarampilan/ area tertentu
ü  Dapat dan akan melihat dua sisi dari sebuah argument
ü  Sangat tertarik dengan hal-hal baru politik, keadilan social.
ü  Meneliti dan mempelajari keterampilan sebelumnya dengan meningkatkan disiplin pengorganisasian.
ü   
I.          Masalah Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah (SD).
Perkembangan psikologi anak sekolah dasar memang merupakan sebuah hal yang sangat disorot. Pada masa ini, anak akan mendapat beragam masalah karena ia baru saja mengenal dunia baru, yaitu sekolah. Anak akan berinteraksi dengan lebih banyak orang yang bisa memajukan atau bahkan memberikan pengaruh negative terhadap perkembangan psikologinya. Berikut ini adalah beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar yang mungkin saja biasa terjadi.
1.      Hiperaktif
Hiperaktif ini merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cendrung bergerak aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau lingkungan permaianan bersama dengan teman-temannya. Anak hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat perilaku yang terjadi secar spontan dan tanpa pikir panjang. Oleh karena ituseorang anak dengann masalh psikologi hiperaktif memerlukan penanganan yang begitu cepat.
2.      Sulit berkonsentrasi
Anak dengan konsentrasi buruk bisa membuatnya kesulitan apabila harus belajar dalam waktu lama dan mengerti mengenai beberapa materi pembelajaran. Mereka cendrung mudah terpengaruh terhadap hal yang ada di sekitarnya sehingga tidak mampu berkonsentrasi secra maksimal.
3.      Pemurung dan penyendiri
Pemurung dan penyendiri meraka sulit bergaul dan cendrung merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa social mereka tidak bisa berkembang jika sealu di biarkan.
4.      Masalah biacara.
Seorang anak yang mempunyai masalah bicara juga banyak terjadi. Rata-rata mereka mempunyai masalah mengenai artikulasi dimana pembicaraan yang mereka lakukan kurang jelas dan sulit diterima oleh lawan bicara. Salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah ini adalah dengan terapi bicara. Seorang anak akan diajarkan bagaimana cara berbicara dengan konsep yang pelan, lambat namun jelas.

Wentzal dan Asher menyatakan para pakar perkembangan membedakan 3 tipe anak yang tidak popular,yaitu:
1.      Anak yang diabaikan (neglected children); yaitu anak yang jarang dinominasikan sebagi teman terbaik tetapi bukan tidak disukai oleh teman-teman kelompoknya. Anak ini biasanya memiliki teman bermain yang akrab, tetapi mereka tidak dibenci atau ditoloak oleh teman sebayanya.
2.      Anak yang ditolak ( rejected children ); yaitu anak yang jarang dinominasikan oleh seseorang sebagai teman terbaik dan tidak sesuai oleh kelompoknya, karena biasanya anak yang ditolak adalah anak yang agresif, sok kuasa dan suka mengganggu. Anak ini biasanya mengalami problem penyesuaian diri yang serius dimasa dewasa.
3.      Anak yang kontroversi (controversy children) adalah anak yang sering dinominasikan keduanya yaitu baik sebagai teman terbaik dan sebagai teman yang tidak disukai (Santrock (1997, 325)).
v  Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:
A.    masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara Usia6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1,2 dan 3 sekolah dasar , dan
B.     Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung anatara usia 9/10tahun-12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4,5, dan 6 sekolah dasar.
v  Ciri-ciri anak kelas-kelas rendah sekolah dasar adalah:
A.    Ada hubungan nya kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah,
B.     Suka memuji diri sendiri
C.     Kalau tidak dapat menyeleseikan suatu tugas atau pekerjaan, itu di anggapnya tidak penting.
D.    Suka membandingkan dirinya dengan orang lain, jika hal itu menguntungkan dirinya dan
E.     Suka meremehkan orang lain.
v  Ciri-ciri Khas anak masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Yaitu:
A.    Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari,
B.     Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
C.     Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
D.    Anak memandang nilai sebagi ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah dan
E.     Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peegrup untuk bermain bersama, mereka membuat peratuaran sendiri dalam kelompoknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar