Jumat, 25 Desember 2015

ADAT SEBA DI BADUY



Menurut jaro dainah, seba adalah kegiatan rutin masyarakat adat baduy dan merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun untuk mengahadap pemerintah (ratudan menak) secara resmi dengan tujuan utama menjalin mempererat silaturahmi, melaporkan situasi dan kondisi baduy secara khusus dan lingkungan lain secara umum serta penyampaian aspirasi dan harapan sehingga terjalin kerja sama untuk saling mendoakan dan saling melindungi. Lebih lanjut jaro dainah berkomentar seba juga bisa diartikan sebagai suatu sikap penghormatan dan penghargaan pada pemerintah dengan menyampaikan sebagian hasil panen warga dengan harapan dapat dinikmati oleh para pejabat pemerintah. Seba sifatnya ajib dilaksanakan setahun sekali pada bulan safar awal tahun baru sesuai dengan penanggalan adat baduy, pelaksanaannya seminggu setelah acara ngalaksa sekitar tanggal 1 sampai tanggal 9 safar dengan waktu yang baik dari tanggal 1-6 safar dan tidak boleh melebihi dari tanggal 10 bulan safar (berkisar pada akhir april sampai akhir bulan mei). Mengingat seba sifatnya wajib dilaksanakan jaro warega dan kokolotan kaduketug mengatakan kata-kata amanat leluhurnya sebagai berikut: “bisi engke dina hiji waktu atawa jaman seba euweuh nu narima, poma kudu tetep dilaksanakeun sanajan ngan aya tunggal jeung dahan sapapan nu nyaksian.” Artinya: jika suatu waktu nanti atau zaman tertentu acara seba tidak ada yang mau menerima, dimohon tetap dilaksanakan walaupun hanya ada sebatang kayu yang menyaksikan.
Ayah musid lebih memperjelas tentang urgensi dan esensi seba. Menurut beliau bicara tentang seba minimal ada 7 yang harus dipahami, yaitu sebagai berikut:
1.      Seba adalah merupakan kegiatan keagaman yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga baduy, baik warga baduy luar maupun warga baduy dalam.
2.      Seba merupakan kegiatan buku atau acara adat yang rutin atau tradisi yang sudah turun-temurun sejak kesukuan mereka lahir.
3.      Seba pada intinya adalah silaturrahmi suku baduy pada para ratu dan menak (para oemimpin daerah) dengan didasari kesadaran dan keikhlasan.
4.      Seba memiliki aturan-aturan khusus sehingga pada pelaksanaannya tidak sembarangan harus melalui perhitungan, musyawarah dan kesepakatan lembaga adat dengan pihak pemerintah sehingga sifatnya resmi
5.      Seba bukan penyerahan upeti atau tanda tunduknya baduy pada pemerintahan karena baduy tidak pernah melaksanakan peperangan dengan siapapun, tetapi seba dipandang sebagai suatu rasa penghormatan dan penghargaan dari baduy pada pemerintah atau syukuran atas kebahagiaan telah selesai melaksanakan rukun wiwitan sehingga pada acara tersebut membawa dan menyerahkan kumpulan sebagian hasil panen warga baduy dan itu dilakukan atas kesadaran warga tanpa paksaan
6.      Seba sesungguhnya merupakan kegiatan yang dititipkan dari leluhur untuk menyampaikan amanat-amanat wiwitan pada pemerintah berupa saling menitipkan, mengingatka, melaporkan dan mendoakan secara lahirnya dan secara batinnya agar manusia, bangsa dan Negara agar tetap aman tentram terhindar dari bencana dan kerusakan
7.      Pada seba juga disampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan keluhan adat, kejadian-kejadian yang menimpa adat serta harapan-harapan adat. Maka setiap acara seba, tema atau misi berbeda-beda diesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu.
Ayah mursid menandaskan dalam bahasa sundanya sebagai berikut : “munceuk sunda namah kieu seba the salah sahiji rangkaian upacara kagiatan keagamaan anu dipusti-pusti saenggeus ngalaksanakeun Upacara ngalaksa sebagai panutup tahun. Eta seba dilaksanakeun sataun sakali setiap awal tahun saminggu geus ngalaksa, waktuna antara tanggal 1 nepika tanggal 9 bulah safar pananggalan baduy. Eusi seba diantarana nepikeun kawajiban berupa amanat-amanat secara langsung ka ratu jeung menak oge pamarentah khususna nu jadi kabeubeurat adat, keluhan adat, negaskeun jeung mere pepeling mana nu kudu laksanakeun ku menak atawa pamarentah supaya iyeu alam jeung lingkungan teteo ayem tentrem sebab jelma mah ngan bisana ngaruksak alam, nyieun jeung ngabebenahma can puguh bisa? Lamun ieu acara seba teu digubris maka pamarentah kudu siap nanggung risiko jeung akibatna mun aya mamala. Kkusebab datang langsung piraku lengoh makana mawa hasil bumi atawa hasil tatanen keur nyukuran kana kabahagian, maka ku urang luar sok disebut seba teh pestana urang baduy”
Menurut ayah mursid, seba yang dijelaskeun diatas tadi adalah seba tahapan ketiga atau puncaknya kegiatan seba, karena sebelum itu ada 2 tahapan yang dilaksanakan di wilayah tanah ulayat. Secara rinci tahapan seba dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut.
1.      Tahapan pertama:
Seba dari baduy dalam ke dangka dengan luar
·         Kampong cibeo seba-nya ke dangka cihulu/cipatik
·         Kampong cikartawana seba-nya ke dangka payaweuyan dan
·         Kampong cikeusik seba-nya ke dangka cibeungkung/pada-waras
2.      Tahapan kedua:
Dari pada dangka-dangka melimpahkan ke jaro Warega
3.      Tahapan ketiga:
Setelah beres di warega baru seba ke pemerinah dengan urutan ke Kecamatan berupa laporan, lalu ke Kabupaten Lebak, dilanjutkan ke Kabupaten Pandeglang , ke Gubernur dan terakhir ke Kabupaten Serang (Kab. Tangerang dan cilegon tidak)
Tata cara pelaksanaan kegiatan seba ke pemerintahan ini dipimpin langsung oleh jaro warega, jaro pamarentah, jaro tanggungan dua belas dan didampingi oleh para sesepuh adat baduy dalam (mantan-mantan pemimpin adat) termasuk para jaro tangtu baduy Dalam Girang Seurat yang sedang menjabat, para kokolotan lembur, para pangiwa, sekdes serta warga laki-laki baik dari baduy dlam maupun dari baduy luar untuk setiap golongan umur : golongan orang tua, dewasa, remaja bahkan tingkatan anak-anak. Para wanita menurut hukum adat tidak diperkenankan untuk mengikuti acara seba.
Ha-hal yang biasa dipersiapkan untuk dibawa pada acara seba ini adalah mengumpulkan hasil bumi atau panen dari setiap warga berupa beras, pete, gula, pisang, jaat, trubus, jahe dan hasil bumi lainnya dan itu semua dilakukan tanpa paksaan tapi datang darir kesadaran dan keikhlasan, lalu dikumpulkan dan dibagi menjadi empat bagian sesuai dengan tempat tujuan pelaksanaan yaitu ke bapak gede kabupaten lebak, pandeglang, serang dank e ibu/bapak gede gubernur banten (istilah bapak/ibu gede adalah bupati atau gubernur) dan yang paling penting untuk dibawa dan jangan sampai lupa adalah membawa laksa yang sudah dikeringkan hasil dari ritual ngalaksa. Menurut keyakinan mereka laksa ini adalah industry atau gabungan dari padi hasil panen seluruh warga baduy pada tahun tersebut dicampurkan menjadi satu kesataun yang utuh sebagai pertanda utuhnya kesatuan persatuan dan hati mereka untuk selalu melaksanakan pikukuh karuhun. Padi menurut keyakinan mereka adalah makanan pokok untuk hidupnya manusia, dan bila laksa sebagai gabungan padi dari seluruh warga baduy yang sudah diritualkan melalui doa-doa diberikan dan dimakan oleh para pemimpin itu artinya seluruh jiwa raga, tenaga, harapan dan kehendak warga baduy sudah disampaikan secara resmi sebagai pembuktian tugas kesukuan mereka untuk selalu ngasuh ratu dan ngajayak menak (menghormati dan menyayangi pemimpin). Maka pelaksanaan seba yang menjadi inti acara adalah membacakan doa dan menyerahkan laksa oleh para tokoh adat yang di hadapan para pemimpinnya yang disaksikan oleh peserta baik dari pihak kesukuan baduy dan pihak pemerintahan beserta jajarannya.
Mengingat seba juga merupakan ajang penyampaian informasi, aspirasi dan harapan secara langsung warga adat maka dalam setiap acara seba agenda, tema atau misinya berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi Negara serta kejadian-kejadian yang dialamai atau diirasakan pada tahun tersebut. Namun yang pokok agenda tetap berkisar pada keamanan., kelestarian dan perlindungan alam serta lingkungan yang diamanatkan karena kesukuan mereka sangat mencintai keharmonisan dan kelestarian alam.

FILSAFAT DAN PEPATAH SUKU BADUY



Kalimat-kalimat pepatah baduy lebih menyerupai bait-bait pantun. Pepatah-pepatah tersebut diperuntukkan dari berbagai segi dan aspek kehidupan, isinya lebih cendrung pada mengingatkan, menasehati, gambaran berupa ajakan serta simbol-simbol kehidupan dan bukan berupa perintah ataupun larangan apalagi berupa ancaman atau hukuman. Kata-kata maupun kalimatnya memiliki arti dan mengandung makna yang dalam yang mampu berlaku serta bersifat fleksibel di segala zaman. Kata-kata tradisional, tapi sangat filosofis. Penulis menafsirkan pepatah tersebut merupakan undang-undang tidak tertulis mereka yang dijadikan sebagai penuntun dan pedoman hidup mereka (way of life) dan itu tercermin dalam perilaku kehidupa sehar-hari sejak nenek moyang mereka lahir sampai anak cucunya sekarang.
Dari hasil wawancara dan obrolan dengan para tokoh adat baduy baik tokoh adat baduy dalam maupun tokoh adat baduy luar, maka penulis coba susun kembali, antara lain sebagai berikut:

Pepatah untuk taat pada hukum
Lojor teu beunang dipotong
Pondok teu benang disambung
Gede teu beunang dicokot
Leutik teu beunang ditamabah
Mipit kudu amit, ngala kudu menta
Ngagedig kudu mewara
Mun neukteuk kudu sateukna
Mun nilas kudu sapasna
Mun ngadeg kudu saclekna
Nu lain dilainkeun, nu aya dienyakeun
Ulah gorok ulah linyeok

Pepatah penegakkan hukum
Nerapkeun hukum ulah kencra kencas
Ulah cuweut kanu hideung
Ulah monteng kanu koneng
Ulah ngilik kanu putih
Ulah neuleu tandingan nenjo paroman
Ulah pandang bulu

Hukum ulah gelang catang
Ulah hukum piraus
Hukum aya kalana perlu ditegaskeun
Hukum aya kalana perlu di tindakeun
Hukum oge aya kalana perlu dibijaksanakeun

Mun hukum kencra kancas
Matak romed cerewed
Pasini eweuh sisina
Pasea eweuh hadean
Tunggal nyarug cohcor mantog
Budak galah jelema nyarak
Datang nu bogana reos

Pepatah untuk memelihara alam
Gunung teu beunang dilebur
Lebak teu beunang dirakrak
Buyut teu beunang dirobah
Larangan aya di darat di cai
Gunung aya maungan, lebak aya badakan
Lembur aya kokolota, leuwi aya buayaan

Pepatah buat pemimpin
Jadi pemimpin mah
Ulah nyaur teu diukur
Ulah nyabla teu diungang
Ulah ngomong sageto-geto
Ulah lemek sadaek-daek
Ulah gorok ulah linyok

Tapi jadi pemimpin
Kudu landing tali ayunan
Kudu laer tali aisan
Kudu nulung kanu butu, nalang kanu susah
Kudu nganteur kanu sieun, ngoboran kanu poekeun

Filsafat Tolong-Menolong
Kalawan kamurundung kumarandang
Aleum dasar disasaran
Poek mangkleng dikotrekan
Hujan gedee di tayungan
Mun leueur diiteukan
Aleuman dasar disasaran

Pepatah untuk hidup/bekerja
Ulah gedug kalinduan, ulah ligrig ka angina
Kudu jadi walik sa giringan
Kudu jadi gagak sa gelangan
Kudu sareudeuk saigel sabobok sapihanean
Kacai jadi saleuwi ka darat jadi salogak
Kudu bisa silih asah, silih asih, silih asuh
Saluhureun pi bapaeun
Sapantaran pi batuteun
Sahandapeun pi anakeun
Neangan elmu lain ti bincurang
Tapi ti papada urang

Papatah minta pertanggung jawab
Lembu kungkung, kuda cangcang
Kebo kaluhan , jelema ikrab, ijab lisan
Jelema teu beunang dipeuncit diarah dagingna
Tapi ucapan atawa lisanna

Masih banyak pepatah lainnya yang belum terungkap

Minggu, 20 Desember 2015

KONSEP DASAR PEDAGOGIK

Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi pedagogik menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup dimasyarakat sehingga ia mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekadar terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak. Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Pada bagian ini akan dibahas pengertian pedagogik, pendidikan dalam arti khusus dan dalam arti luas. Pendidikan mengandung tiga aspek yaitu mendidik, mengajar dan melatih.

a.      Pendidikan Dalam Arti Khusus
Pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogic secara harfiah berari pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogic adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogic adalah ilmu pendidikan anak.
Langeveld (1980) membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya tentang hakikat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan. Tetapi keduanya antara pedagogi dan pedagogik tidak dapat dipisahkan secara jelas. Keduanya harus dilaksanakan secara berdampingan, saling memperkuat peningkatan mutu dan tujuan pendidikan.
Dalam bahasa Inggris kata yang berhubungan dengan pedagogik, yaitu pendidikan dengan menggunakan perkataan “education”. Sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Kata education berhubungan dengan kata Latin “educere” yang berarti mengeluarkan suatu kemampuan” (e = keluar, ducere = memimpin), jadi berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan di dalam diri anak.
Selanjutnya makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
1)      Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
2)    SA. Bratanata dkk pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya untuk mencapai kedewasaannya.
3)    Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
4)      Langeveld : Mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai kedewasaan.
5)   Bojonegoro : Mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan.
6)    Rosseau : Mendidik adalah memberikan pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara (dalam Sadulloh dkk), bahwa :
·         Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
·         Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan.
·         Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, yang mana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan ibu bertanggung jawab membantu memanusiakan, membudayakan dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna.
Dari uraian diatas pedagogik pembahasannya terbatas kepada anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
b.      Pendidikan Dalam Arti Luas
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan :
1) Pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari pendidikan sepanjang hayat adalah bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia : tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan tanggung jawab pemerintah.
3) Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.
Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andragogi” yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa Yunani “andr” berarti orang dewasa dan “agogos’ berarti memimpin atau mendidik. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai ilmu atau seni dalam membantu warga belajar. Berbeda dengan pedagogik yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak.
Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, melainkan dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia melakukan peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
Andragogik adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajar untuk :
ü  Mengidentifikasi kebutuhan.
ü  Merumuskan tujuan belajar.
ü  Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajar.
ü  Ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar.
c.       Mendidik, Mengajar, Melatih
Pada hakekatnya pendidikan mengandung tiga unsur yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Tetapi secara sepintas mungkin menurut orang awam dianggap sama pengertiannya. Dalam praktek sehari-hari dilapangan kita sering mendengar kata-kata seperti : pendidikan olahraga, pengajaran olahraga, latihan olahraga, pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran dan pelatihan kemiliteran.
Dalam bahasa sehari-hari kita juga sering mendengar kata-kata lain yang sering digunakan memelihara anak dan mengurus anak. Memelihara anak dapat diartikan memberi perlindungan kepada anak supaya lestari hidupnya. Perkataan demikian kadang-kadang dihubungkan dengan perkataan memelihara ayam, memelihara anjing, memelihara ternak. Oleh karena itu sebaiknya jangan dipakai kepada anak. Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan dan sebagainya.
Mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Atau disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Pengajaran atau pendidikan intelektual marupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengajaran mempunyai arti lebih sempit dari pendidikan.
Lebih sempit lagi perkataan latihan, seperti latihan menggambar, latihan membaca dan menulis, latihan naik sepeda, latihan menembak dan sebagainya. Latihan ialah usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan.
Tujuan dari ketiga jenis kegiatan itu juga berbeda. Mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa.
Tujuan pengajaran yang bersifat intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan dari orang dewasa secara ideal, yaitu mampu berpikir logis, kritis, objektif, sistematis, analitis, integratif dan inovatif.
Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar.
Jika kita perhatikan, kita temukan gejala mendidik dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan dengan orang dewasa dan anak mengandung arti mendidik, seperti bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya laku dibeli oleh anak sekolah. Bahkan pergaulan antara anak dengan orang dewasa kadang-kadang tidak membawa anak ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya ada orang dewasa yang menjual gambar-gambar porno kepada anak-anak. Pendidikan hanya ditujukan terhadap anak yang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif, supaya anak mencapai kedewasaan. Jika tujuannya negatif dan tidak konstruktif bahkan destruktif hal itu tidak dikatakan pendidikan, tetapi disebut “demagogi”.
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogveld diartikan "agar dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri". Kedewasaan menurut Langeveld diartikan sebagai "kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggungjawab sendiri".
Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan; karena itu ia selalu memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, dari rumah, sekolah, masyarakat secara luas dan pengaruh alam sekelilingnya. Majalah, koran, atau buku-buku yang dibaca anak, film yang dilihatnya, kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tidak dapat disebut pendidikan. Bila ada pendapat bahwa segala pengaruh positif disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut "Panpedagogisme". Pendidikan dalam ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa; dan pengaruh tersebut harus bersifat positif dan konstruktif.
Pentingnya Pendidikan
1.        Manusia memerlukan bantuan
Pendidikan tidak saja berusaha melimpahkan segala milik kebudayaan dari generasi sepanjang masa kepada generasi muda, melainkan juga berusaha agar generasi yang akan dating dapat mengembangkan dan meningkatkan kebudayaan ke taraf yang lebih tinggi. Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik secara individu, maupun sebagai kelompok dalam bermasyarakat.
2.        Pendidikan dalam Praktek
Pendidikan dalam pelaksanannya berbentuk pergaulan dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuanpendidikan, yaitu manusia mandiri, memahai nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berprilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Pendidikan fungsinya membimbing anak didik, dan bimbingan anak itu akan didik kearah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan, yaitu untuk mencapai kedewasaan.
Menurut Jan Lighthart pendidikan itu didasari oleh kasih saying yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain, yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Kebijaksanaan artinya lebih luas dari keilmuan. Pendidikan dapat pula diartikan pengembangan individu-individu atau kelompok-kelompok kehidupan atau masyarakat besar atau kecil. Upaya pendidikan bukan saja terdiri atas sikap perbuatan dan seluruh kepribadian pendidik, melainkan juga alat-alat pendidikan yang dengan sengaja dimanfaatkan oleh pendidik, seperti buku-buku pelajaran, alat-alat permainan, lingkungan fisik yang diadakan oleh pendidik, seperti perumahan yang memadai, ruang bermain, tempat rekreasi, hewan peliharaan , dan film.
Ilmu Pendidikan Sebagai Teori
a)        Pentingnya teori pendidikan
Perbuatan mendidik bukan prbuatan sembrono, melainkan perbuatan yang harus betul-betul disadarinya, dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan dituju.
Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari, karena akan memberi beberapa manfaat:
o   Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan yang akan dicapai
o   Untuk menghindaari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek, karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, walaupun teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.
o   Dapat dijadikan sebagai tolok ukur, sampai dimana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikan.
b)        Pendidikan dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro
Pendidikan dalam ruang lingkup makro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala kecil, dan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam sekala besar.
sumber : http://cp-artikel.blogspot.co.id/2014/03/konsep-dasar-pedagogik.html