Jumat, 25 Desember 2015

ADAT SEBA DI BADUY



Menurut jaro dainah, seba adalah kegiatan rutin masyarakat adat baduy dan merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun untuk mengahadap pemerintah (ratudan menak) secara resmi dengan tujuan utama menjalin mempererat silaturahmi, melaporkan situasi dan kondisi baduy secara khusus dan lingkungan lain secara umum serta penyampaian aspirasi dan harapan sehingga terjalin kerja sama untuk saling mendoakan dan saling melindungi. Lebih lanjut jaro dainah berkomentar seba juga bisa diartikan sebagai suatu sikap penghormatan dan penghargaan pada pemerintah dengan menyampaikan sebagian hasil panen warga dengan harapan dapat dinikmati oleh para pejabat pemerintah. Seba sifatnya ajib dilaksanakan setahun sekali pada bulan safar awal tahun baru sesuai dengan penanggalan adat baduy, pelaksanaannya seminggu setelah acara ngalaksa sekitar tanggal 1 sampai tanggal 9 safar dengan waktu yang baik dari tanggal 1-6 safar dan tidak boleh melebihi dari tanggal 10 bulan safar (berkisar pada akhir april sampai akhir bulan mei). Mengingat seba sifatnya wajib dilaksanakan jaro warega dan kokolotan kaduketug mengatakan kata-kata amanat leluhurnya sebagai berikut: “bisi engke dina hiji waktu atawa jaman seba euweuh nu narima, poma kudu tetep dilaksanakeun sanajan ngan aya tunggal jeung dahan sapapan nu nyaksian.” Artinya: jika suatu waktu nanti atau zaman tertentu acara seba tidak ada yang mau menerima, dimohon tetap dilaksanakan walaupun hanya ada sebatang kayu yang menyaksikan.
Ayah musid lebih memperjelas tentang urgensi dan esensi seba. Menurut beliau bicara tentang seba minimal ada 7 yang harus dipahami, yaitu sebagai berikut:
1.      Seba adalah merupakan kegiatan keagaman yang wajib dilaksanakan oleh seluruh warga baduy, baik warga baduy luar maupun warga baduy dalam.
2.      Seba merupakan kegiatan buku atau acara adat yang rutin atau tradisi yang sudah turun-temurun sejak kesukuan mereka lahir.
3.      Seba pada intinya adalah silaturrahmi suku baduy pada para ratu dan menak (para oemimpin daerah) dengan didasari kesadaran dan keikhlasan.
4.      Seba memiliki aturan-aturan khusus sehingga pada pelaksanaannya tidak sembarangan harus melalui perhitungan, musyawarah dan kesepakatan lembaga adat dengan pihak pemerintah sehingga sifatnya resmi
5.      Seba bukan penyerahan upeti atau tanda tunduknya baduy pada pemerintahan karena baduy tidak pernah melaksanakan peperangan dengan siapapun, tetapi seba dipandang sebagai suatu rasa penghormatan dan penghargaan dari baduy pada pemerintah atau syukuran atas kebahagiaan telah selesai melaksanakan rukun wiwitan sehingga pada acara tersebut membawa dan menyerahkan kumpulan sebagian hasil panen warga baduy dan itu dilakukan atas kesadaran warga tanpa paksaan
6.      Seba sesungguhnya merupakan kegiatan yang dititipkan dari leluhur untuk menyampaikan amanat-amanat wiwitan pada pemerintah berupa saling menitipkan, mengingatka, melaporkan dan mendoakan secara lahirnya dan secara batinnya agar manusia, bangsa dan Negara agar tetap aman tentram terhindar dari bencana dan kerusakan
7.      Pada seba juga disampaikan berbagai hal yang berkaitan dengan keluhan adat, kejadian-kejadian yang menimpa adat serta harapan-harapan adat. Maka setiap acara seba, tema atau misi berbeda-beda diesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu.
Ayah mursid menandaskan dalam bahasa sundanya sebagai berikut : “munceuk sunda namah kieu seba the salah sahiji rangkaian upacara kagiatan keagamaan anu dipusti-pusti saenggeus ngalaksanakeun Upacara ngalaksa sebagai panutup tahun. Eta seba dilaksanakeun sataun sakali setiap awal tahun saminggu geus ngalaksa, waktuna antara tanggal 1 nepika tanggal 9 bulah safar pananggalan baduy. Eusi seba diantarana nepikeun kawajiban berupa amanat-amanat secara langsung ka ratu jeung menak oge pamarentah khususna nu jadi kabeubeurat adat, keluhan adat, negaskeun jeung mere pepeling mana nu kudu laksanakeun ku menak atawa pamarentah supaya iyeu alam jeung lingkungan teteo ayem tentrem sebab jelma mah ngan bisana ngaruksak alam, nyieun jeung ngabebenahma can puguh bisa? Lamun ieu acara seba teu digubris maka pamarentah kudu siap nanggung risiko jeung akibatna mun aya mamala. Kkusebab datang langsung piraku lengoh makana mawa hasil bumi atawa hasil tatanen keur nyukuran kana kabahagian, maka ku urang luar sok disebut seba teh pestana urang baduy”
Menurut ayah mursid, seba yang dijelaskeun diatas tadi adalah seba tahapan ketiga atau puncaknya kegiatan seba, karena sebelum itu ada 2 tahapan yang dilaksanakan di wilayah tanah ulayat. Secara rinci tahapan seba dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut.
1.      Tahapan pertama:
Seba dari baduy dalam ke dangka dengan luar
·         Kampong cibeo seba-nya ke dangka cihulu/cipatik
·         Kampong cikartawana seba-nya ke dangka payaweuyan dan
·         Kampong cikeusik seba-nya ke dangka cibeungkung/pada-waras
2.      Tahapan kedua:
Dari pada dangka-dangka melimpahkan ke jaro Warega
3.      Tahapan ketiga:
Setelah beres di warega baru seba ke pemerinah dengan urutan ke Kecamatan berupa laporan, lalu ke Kabupaten Lebak, dilanjutkan ke Kabupaten Pandeglang , ke Gubernur dan terakhir ke Kabupaten Serang (Kab. Tangerang dan cilegon tidak)
Tata cara pelaksanaan kegiatan seba ke pemerintahan ini dipimpin langsung oleh jaro warega, jaro pamarentah, jaro tanggungan dua belas dan didampingi oleh para sesepuh adat baduy dalam (mantan-mantan pemimpin adat) termasuk para jaro tangtu baduy Dalam Girang Seurat yang sedang menjabat, para kokolotan lembur, para pangiwa, sekdes serta warga laki-laki baik dari baduy dlam maupun dari baduy luar untuk setiap golongan umur : golongan orang tua, dewasa, remaja bahkan tingkatan anak-anak. Para wanita menurut hukum adat tidak diperkenankan untuk mengikuti acara seba.
Ha-hal yang biasa dipersiapkan untuk dibawa pada acara seba ini adalah mengumpulkan hasil bumi atau panen dari setiap warga berupa beras, pete, gula, pisang, jaat, trubus, jahe dan hasil bumi lainnya dan itu semua dilakukan tanpa paksaan tapi datang darir kesadaran dan keikhlasan, lalu dikumpulkan dan dibagi menjadi empat bagian sesuai dengan tempat tujuan pelaksanaan yaitu ke bapak gede kabupaten lebak, pandeglang, serang dank e ibu/bapak gede gubernur banten (istilah bapak/ibu gede adalah bupati atau gubernur) dan yang paling penting untuk dibawa dan jangan sampai lupa adalah membawa laksa yang sudah dikeringkan hasil dari ritual ngalaksa. Menurut keyakinan mereka laksa ini adalah industry atau gabungan dari padi hasil panen seluruh warga baduy pada tahun tersebut dicampurkan menjadi satu kesataun yang utuh sebagai pertanda utuhnya kesatuan persatuan dan hati mereka untuk selalu melaksanakan pikukuh karuhun. Padi menurut keyakinan mereka adalah makanan pokok untuk hidupnya manusia, dan bila laksa sebagai gabungan padi dari seluruh warga baduy yang sudah diritualkan melalui doa-doa diberikan dan dimakan oleh para pemimpin itu artinya seluruh jiwa raga, tenaga, harapan dan kehendak warga baduy sudah disampaikan secara resmi sebagai pembuktian tugas kesukuan mereka untuk selalu ngasuh ratu dan ngajayak menak (menghormati dan menyayangi pemimpin). Maka pelaksanaan seba yang menjadi inti acara adalah membacakan doa dan menyerahkan laksa oleh para tokoh adat yang di hadapan para pemimpinnya yang disaksikan oleh peserta baik dari pihak kesukuan baduy dan pihak pemerintahan beserta jajarannya.
Mengingat seba juga merupakan ajang penyampaian informasi, aspirasi dan harapan secara langsung warga adat maka dalam setiap acara seba agenda, tema atau misinya berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi Negara serta kejadian-kejadian yang dialamai atau diirasakan pada tahun tersebut. Namun yang pokok agenda tetap berkisar pada keamanan., kelestarian dan perlindungan alam serta lingkungan yang diamanatkan karena kesukuan mereka sangat mencintai keharmonisan dan kelestarian alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar