Pengertian Teori
Ketergantungan
Dalam belajar teori pembangunan pastinya
dipelajari teori ketergantungan. Teori ketergantungan dikemukakan oleh banyak
ahli, diantaranya Andre Gunder Frunk, Fernando H. Cardoso, Samir Amin, Paul
Baran, Paul Prebisch dan Theotonio Dos Santos. Ahli ini memiliki pandangan
tersendiri mengenai teori ketergantungan.
Namun teori ketergantungan secara garis besar bisa
dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Teori Depensi Klasik
Teori ini digagas oleh Andre Gunder Frunk, yang
menyatakan bahwa kapitalisme global akan membuat ketergantungan masa lalu dan
sekarang oleh karena itu negara yang tidak maju dan berkembang harus memutuskan
hubungan dengan negara maju supaya negara berkembang bisa maju.
2) Teori Depensi Modern
Teori ini digagas oleh Fernando Henrigue
Cardoso, teori ini menyatakan bahwa antara negara yang satu dengan lainnya
perlu kerjasama dengan melihat karakteristik histori dari daerah tersebut.
Selain pandangan ke dua tokoh tersebut juga ada
beberapa ahli yang menyatakan tentang teori ketergantungan. Theontonio Dos
Santos membagi tiga bentuk ketergantungan negara ketiga, yaitu ketergantungan
kolonial, ketergantungan finansial-industrial, ketergantungan
tekhnologi-industrial.
Sedangkan pendapat dari Raul
Prebisch adalah negara-negara dibagi atas negara maju (industri) dan
terbelakang (pertanian), yang saling berdagang. Ada negara “pusat” dan negara
“pinggiran”. Hubungan pusat dan pinggiran tak seimbang, tidak saling
menguntungkan à ekploitasi.
Adapun ketergantungan dan jeratan yang sangat
nyata ini, terlihat dari berbagai impor bahan primer makanan dan energi, minyak
dan gas, sehingga penggunaan dan pemanfaatan APBN tidak efektif dan efisien.
Dalam bidang ekonomi, keadilan ekonomi di pasar modal tidak nampak, dan ini
dapat dilihat dari kondisi saham-saham BUMN yang go public namun rakyat
Indonesia tidak merasakan manfaatnya.
Dampak Positif :
-
Menambah Pendapatan
negara
-
Banyak menyerap tenaga kerja
-
Penghasil devisa dari sektor non
migas
-
Dengan semakin ketat
meningkatnya persaingan ekspor dunia maka eksportir lebih mengoptimalkan
kelancaran proses ekspor sehingga dapat menciptakan sarana infrastrutur yang
baik
-
Memperkuat posisi
eksternal. Dengan melakukan ekspor sebanyak mungkin dapat meningkatkan
ketahanannya agar kebutuhan impor di negara tersebut dapat dibiayai dari
penghasilan sendiri. Sasaran khusus dari strategi ini adalah untuk menghimpun
cadangan devisa yang akan memperkuat ekonomi dan keuangan negara karena dengan
memiliki cadangan devisa besar dapat dengan mudah meredam dampak gejolak perekonomian
dan keuangan internasional.
-
Meningkatkan Efisien
-
Meningkatkan
pendapatan
-
Memacu pertumbuhan
produksi bahan baku
-
Meningkatkan kualitas
sumber daya alam dan sumber daya manusia
Dampak Negatif :
-
Dapat menurunkan daya
kreatifitas akibat terlalu bergantungnya terhadap produksi pertanian
-
Permasalahan yang cukup besar
dibidang kependudukan dan lingkungan hidup diantaranya pertumbuhan penduduk
yang begitu cepat menjadi masalah tersendiri, karena tidak diimbangi dengan
pemerataan pembangunan, dan akhirnya menjadikan bertambahnya jumlah masyarakat miskin secara alamiah maupun kultural
(situasi lingkaran ketidakberdayaan mereka yang bersumber dari rendahnya
tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan dan gizi, produktifitas, penguasaan
modal, keterampilan dan teknologi serta hambatan infrastruktur maupun etnis
sosial lainnya.)
-
Produktivitas rendah
jika pasokan terganggu
-
Dapat mengganggu
pembangunan pertanian dan pembangunan ekonomi (tingkat produktivitas dan
pendapatan perkapita)
-
Tingkat pertumbuhan
tidak merata atau bahkan tumbuh tidak terlalu tinggi
-
Cenderung tergantung
ke luarnegeri dan pertumbuhan diciptakan karena injeksi utang
-
Marak terjadinya alih
fungsi lahan
-
Mendorong terjadinya
kelebihan urbanisasi
-
Dari sisi volume
ekspor cukup tinggi, tapi nilai ekspornya rendah. kontribusi sektor primer
terhadap PDB juga rendah.
-
Perekonomian hanya
terpusat pada produksi barang primer untuk ekspor, akibat sektor ekonomi
lainnya terabaikan
-
Perekonomian menjadi
rentan terhadap fluktuasi harga internasional barang-barang ekspor. Jika
terjadi depresi dunia akan menjatuhkan permintaan dan harga sehingga
perekonomian secara keseluruhan akan terkena efeknya Karena tergantung pada
beberapa mata dagang ekspor, maka perekonomian akan menjadi sangat tergantung
pada impor. Impor pada umumnya terdiri dari bahan bakar, bahan pabrik,
matadagangan primer, alat-alat transpor dan mesin, dan bahkan makanan. Di
samping itu harus diperhatikan juga pengaruh demonstration effect yang
cenderung meningkatkan impor menjadi semakin besar.
-
Dapat menambah tingkat
pengangguran terselubung (under employment),
pengangguran penuh atau terbuka
pengangguran penuh atau terbuka
-
Terjadi kemerosotan
sekuler berupa imbangan pendapatan (income terms of trade) yaitu terjadinya
ketidakmampuan untuk mengimpor sehingga akan mengalami kesulitan di dalam
neraca pembayaran dan semakin membesar utang luar negeri. Kondisi ini
menyebabkan diperlukannya pemasukkan modal asing untuk mengembangkan dan
memperluas sektor ekspor. Akibat yang terjadi selanjutnya modal asing ini akan
mengendalikan dan mengelola sektor ekspor tersebut, yang akhinya akan menjadi
monopoli di berbagai sektor penting seperti perkebunan dan pertambangan.
Akhirnya, akan menguras sumber daya pada sektor-sektor tersebut tanpa
memerhatikan kelestariannya.
-
Yang bersifat tradisional masih
sangat terbatas untuk bahan mentah saja. Belum ada altematif untuk memasarkan
dalam bentuk produk olahan jadi pola panen yang bersifat musiman dan masih
sangat tergantung pada faktor alam, harga yang sangat fluktuatif antar waktu;
sifat produk cepat rusak; pemasaran masih dilakukan dalam bentuk produk mentah
dan belum ada upaya untuk menjadikannya ke dalam bentuk olahan dalam skala
besar. Ketergantungan terhadap iklim menyebabkan produksi tidak dapat dilakukan
sepanjang tahun melainkan pada bulan tertentu. Akibatnya pada musim panen raya,
produksi melimpah pada semua tingkat pasar, dan di luar musim panen, produksi
menjadi langka. Pola produksi yang bersifat musiman merupakan penyebab utama
fluktuasi harga yang tajam
D.
Cara Mengatasi Ketergantungan Luar Negeri
Berangkat dari terlalu mengantungkan
pada modal asing dan utang luar negeri. Revrisond Baswir pernah mengatakan
Ekonomi Nasionalis Populis, yakni Ekonomi yang sangat menekankan arti
kemandirian dalam pentas ekonomi internasional dan mendudukan Indonesia sebagai
sebuah negara merdeka. Ekonomi ini memaknai nasionalisme ekonomi dalam
pengertian kepentingan ekonomi seluruh rakyat Indonesia, artinya pergaulan
ekonomi dunia bukanlah harga mati, ini dilakukan hanya sejalan dengan
kepentingan seluruh rakyat. Tinggal dibutuhkan kemauan ekonomi ( Economic
Will) untuk melaksanakan ekonomi nasionalis ini dalam negeri Indonesia.
Untuk mendukung ekonomi ini beberapa perlakuan-perlakuan solusi untuk tidak
menggantungkan pembangunan pada utang luar negeri yaitu :
Pertama, Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui
pemberdayaan ekonomi pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya. Dengan
peningkatan daya beli masyarakat ini membuat barang-barang hasil buatan dalam
negeri terjual habis tentu akan memberikan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Apalagi yang terjual dan laku terbeli itu yaitu produk hasil
ekonomi pedesaaan dan usaha kecil, tentu akan membuat perkembangan yang
signifikan bagi kemajuan usaha pedesaan dan usaha kecil sehingga mampu bersaing
perusahaan besar milik swasta. Keuntungan lain dari peningkatan daya beli
masyarakat yaitu perputaran uang akan lebih banyak terdapat di dalam negeri
sehingga uang ini akan menambah pendapatan negara dengan pajak.
Kedua, meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang
mewah dan impor. Realitas yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang
mewah.
Ketiga, Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut
dan mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional,
melepaskan secara bertahap ketergantungan utang luar negeri. Telah di jelaskan
pada awal prinsip pembangunan yang diusung Orde Baru yakni mengutang untuk
pembangungan, sekarang saatnya membangun Indonesia dari keringat peluh yang
dihasilkan diri sendiri Indonesia walaupun harus bertahap sesuai dengan
pendapatan yang diraih. Jangan asal cepat-cepat membangun negeri sehingga kita
selalu bertumpu pada utang / Investasi luar negeri tapi membangun negeri perlu
proses sehingga dibutuhkan sikap sabar yang tinggi pemerintah untuk membangun negeri.
Masyarakat sebagai rakyat harus mendukung setiap tindakan pemerintah yang
benar.
Keempat, menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri,
meningkatkan kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa
kewirausahaan masyarakat. Hal yang memprihatinkan dengan televisi atau surat
kabar di negeri ini yakni banyaknya iklan swasta produk luar negeri berkembang
di dalam negeri, sadar atau tidak iklan-iklan ini mempengaruhi pergaulan
masyarakat di negeri ini, Para remaja lebih suka makanan produk luar negeri
daripada produk-produk dalam negeri seperti kacang rebus, ketela godok.
Sehingga hasil jual lebih banyak keluar daripada ke dalam negeri. Padahal dari
segi kandungan zat makanan tradisional inilah lebih banyak di banding produk
luar negeri. Negeri ini kaya akan Sumber daya alam unggulan sehingga bila kita
manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa negara, akhir-akhir ini
negeri kita mampu dengan “swasembada pangan” mengapa kita tidak swasembada
kehutanan, pertambangan atau seterusnya. Permasalahan yang ada adalah
terkendala dana dan teknologi peraalatan, sebenarnya ini dapat disiasati dengan
memanfaatkan dana terbatas dan peralatan kurang itu untuk mendukung produksi
hasil pada potensi yang sangat besar.
Kelima, mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan
menempatkan kesejateraan yang berkeadilan dan merata sebagai landasan
penyusunan operasionalisasi pembangunan ekonomi. Pepatah ada yang bilang “
orang yang bodoh dekat dengan kemiskinan” ini tentu sesuai dengan realitas yang
ada di Indonesia, banyak anak kecil di kolong-kolong jembatan dan Perhentian
lampu merah tidak bersekolah malah mencari nafkah membantu orang tua-nya.
Ditambah lagi dengan harga pendidikan Indonesia yang mahal tentu akan menambah
daftar panjang orang-orang bodoh baru yang akan bernasib sama. Padahal negara
kita akan menghadapi perdagangan bebas sungguh sangat ironi bila negara kita
hanya bergantung dengan bangsa lain. Bila kita cermati dengan tingkat
pendidikan tinggi rata-rata penduduknya akan memberikan penghasilan yang besar
bagi penduduk akan memperkuat ekonomi nasional melalui pengurangan tenaga kerja
luar negeri. Bila kesejateraan penduduk besar tentu akan memberikan pajak
sangat besar sehingga negeri ini memperoleh pendapatan yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar